05 May 2025
Pada awal Mei 2025, Indonesia resmi mengajukan permintaan untuk menjadi anggota penuh BRICS, kelompok ekonomi yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan — serta telah diperluas dengan kehadiran negara-negara baru seperti Mesir dan Arab Saudi. Langkah ini menandai keseriusan Indonesia dalam memperkuat posisi di panggung ekonomi global, terutama dalam ekosistem negara berkembang yang kian berpengaruh.
Namun lebih dari sekadar diplomasi politik, langkah Indonesia menuju BRICS membuka peluang strategis untuk pertumbuhan ekonomi digital, logistik terintegrasi, dan peningkatan daya saing ekspor.
1. BRICS: Lebih dari Aliansi Ekonomi
BRICS bukan hanya forum negara berkembang, tapi juga katalisator transformasi sistem perdagangan dunia. Dengan dominasi terhadap sumber daya, populasi, dan jalur perdagangan strategis, kelompok ini menjadi alternatif dari hegemoni Barat dalam hal mata uang, sistem pembayaran internasional, hingga rantai pasok global.
Bergabungnya Indonesia berarti ikut dalam peta besar ekonomi digital global. Dengan potensi demografi yang kuat dan ekosistem digital yang sedang tumbuh pesat, Indonesia bisa memainkan peran penting dalam rantai pasok berbasis teknologi — termasuk dalam bidang e-commerce lintas negara, logistik maritim, dan sistem pembayaran digital.
2. Tantangan: Infrastruktur dan SDM
Namun, peluang ini juga datang dengan tantangan. Untuk bisa bersaing dalam ekosistem BRICS, Indonesia harus membenahi dua hal utama: infrastruktur logistik dan kualitas SDM.
Sistem logistik nasional perlu mempercepat digitalisasi agar setara dengan negara-negara mitra BRICS. Dalam hal ini, perusahaan seperti PT Salam Pacific Indonesia Lines (SPIL) memainkan peran kunci lewat pengembangan platform mySPIL Reloaded — layanan pengiriman barang online yang terintegrasi secara digital dari hulu ke hilir. Pendekatan ini memungkinkan efisiensi pengiriman dalam negeri, sekaligus meningkatkan transparansi dan kecepatan transaksi.
Selain itu, pengembangan SDM digital menjadi prioritas. Indonesia perlu menyiapkan talenta di bidang analitik data, teknologi informasi, logistik digital, dan manajemen ekspor agar siap bersaing di pasar global berbasis teknologi.
3. Momentum Integrasi Ekonomi Digital
Bergabung dengan BRICS juga membuka akses pada pendanaan pembangunan infrastruktur melalui New Development Bank (NDB), yang bisa digunakan untuk memperkuat jaringan pelabuhan, gudang logistik, dan jalur distribusi di Indonesia bagian timur — kawasan yang sering tertinggal dalam konektivitas logistik nasional.
Dengan transformasi digital sebagai pondasi, Indonesia berpotensi menjadi hub logistik dan e-commerce di Asia Tenggara — terutama jika berhasil mengintegrasikan sistem logistik nasional dengan mitra dagang BRICS.
Indonesia tak lagi hanya pasar, tapi calon pemain utama dalam ekonomi digital global. BRICS bukan hanya simbol kerja sama negara-negara berkembang, tapi juga arena baru untuk berinovasi, berkolaborasi, dan bertumbuh bersama.
Dan di tengah pertarungan ekonomi global, yang menang bukan hanya yang besar — tapi yang paling siap bertransformasi.
Tags