01 December 2025
Belajar logistik tidak selalu harus lewat buku tebal dan slide presentasi. Di era sekarang, generasi muda justru lebih mudah menangkap materi ketika konsep yang rumit dijelaskan lewat study case dan simulasi nyata. Itulah yang membuat pendekatan pembelajaran seperti yang ada di ekosistem SPIL University terasa relevan dan menarik bagi mahasiswa maupun fresh graduate.
Banyak peserta mengaku, mereka baru benar-benar “ngeh” tentang apa itu supply chain, jadwal kapal, atau pengelolaan kontainer setelah membahas kasus nyata yang terjadi di lapangan. Misalnya, bagaimana sebuah keterlambatan kapal bisa memengaruhi stok barang di beberapa kota, atau bagaimana salah input data bisa membuat pengiriman tertahan di pelabuhan. Dari situ, mereka tidak hanya tahu teori, tetapi juga memahami konsekuensi dari setiap langkah dalam proses logistik.
Dalam sesi study case, peserta biasanya diajak membedah situasi nyata:
¿ Ada kapal yang jadwalnya bergeser karena cuaca.
¿ Ada pelanggan yang membutuhkan kiriman tepat waktu untuk promo besar.
¿ Ada pelabuhan yang sedang padat dan butuh alternatif solusi.
Dari skenario seperti ini, peserta diminta berpikir: apa opsi yang bisa diambil? Departemen mana saja yang harus diajak berkoordinasi? Apa dampak ke pelanggan kalau keputusan diambil terlambat? Diskusi seperti ini mengasah cara berpikir sistemik dan kemampuan mengambil keputusan di bawah tekanan.
Selain study case, simulasi kerja logistik juga menjadi bagian seru dari pembelajaran. Misalnya, peserta dibagi menjadi beberapa peran: tim planner kapal, tim layanan pelanggan, tim operasional pelabuhan, dan tim pelanggan. Mereka diminta menjalankan skenario pengiriman dari awal sampai akhir. Di sini, mereka belajar bahwa:
¿ Komunikasi yang jelas itu penting.
¿ Keputusan satu pihak bisa berdampak ke banyak pihak lain.
¿ Data dan informasi real-time (seperti yang tersedia di MySPIL Reloaded) sangat berpengaruh ke kelancaran proses.
Pendekatan seperti ini membuat peserta menyadari bahwa dunia logistik bukan hanya soal “mengirim barang”, tetapi tentang mengelola alur informasi, waktu, dan ekspektasi. Mereka melihat bahwa pekerjaan-pekerjaan di balik layar—mulai dari input data, pengecekan jadwal, hingga konfirmasi ke pelanggan—punya peran besar dalam keberhasilan pengiriman.
Keuntungan lain dari study case dan simulasi adalah membantu peserta menemukan gaya kerja dan minatnya sendiri. Ada yang merasa cocok di peran yang banyak berinteraksi dengan pelanggan, ada yang lebih senang di perencanaan rute dan angka, ada juga yang tertarik di sisi digital dan data. Dari sini, mereka bisa memetakan kira-kira jalur karier apa yang ingin mereka kejar di industri pelayaran.
Bagi SPIL, pendekatan ini juga penting untuk melihat potensi talenta muda. Dari cara peserta berdiskusi, menyusun argumen, dan memecahkan masalah, perusahaan bisa menilai siapa yang memiliki mindset yang cocok dengan dinamika industri logistik modern: adaptif, kolaboratif, dan solutif.
Pada akhirnya, belajar logistik lewat study case dan simulasi membuat industri ini terasa lebih hidup dan dekat dengan generasi muda. Mereka tidak lagi melihat logistik sebagai sesuatu yang abstrak, melainkan sesuatu yang nyata, bergerak, dan penuh kesempatan. Dan di tengah proses belajar itu, mereka pelan-pelan menyadari bahwa mungkin, di sinilah mereka bisa membangun karier jangka panjang—menghubungkan pulau, menggerakkan barang, dan ikut menjadi bagian dari cerita besar logistik Indonesia.
Tags














