25 November 2025
Fenomena quick commerce atau layanan pengiriman super cepat sedang menjadi tren besar di Indonesia. Berawal dari kebutuhan konsumen yang menuntut kecepatan tinggi dalam pemenuhan barang, tren ini kini mulai memengaruhi seluruh rantai pasok, termasuk logistik laut yang selama ini berperan sebagai tulang punggung distribusi antarpulau. Tahun 2025 menjadi titik di mana perusahaan shipping harus semakin adaptif terhadap perubahan pola konsumsi yang serba instan.
Quick commerce identik dengan pengiriman barang dalam hitungan jam atau sehari. Namun, untuk memenuhi kecepatan tersebut, sistem distribusi dari hulu ke hilir harus bergerak lebih efisien. Di balik layanan cepat di kota-kota besar, terdapat proses pengiriman besar-besaran dari pusat distribusi antar pulau yang dilakukan oleh kapal. Di tahap inilah logistik laut memainkan peran penting menjaga ketersediaan stok di berbagai wilayah.
Dengan meningkatnya permintaan barang harian seperti FMCG, kebutuhan rumah tangga, hingga produk lifestyle, pusat distribusi membutuhkan suplai yang stabil dan tepat waktu. Jika kapal terlambat, stok di gudang perkotaan akan menipis dan layanan quick commerce pun terganggu. Oleh karena itu, perusahaan shipping kini menerapkan jadwal keberangkatan yang lebih rapat dan konsisten untuk memenuhi tuntutan pasar.
PT Salam Pacific Indonesia Lines (SPIL) menjadi salah satu perusahaan yang memperkuat layanan melalui rute terjadwal dan integrasi data yang lebih matang. Dengan digitalisasi yang memungkinkan pelanggan memantau posisi kapal secara real-time, pelaku industri dapat menyesuaikan perencanaan stok, menurunkan risiko kehabisan barang, dan mempercepat proses distribusi lokal.
Selain memperketat jadwal pelayaran, quick commerce juga mendorong perusahaan shipping untuk meningkatkan efisiensi proses bongkar muat. Pelabuhan dengan sistem digital, otomatisasi crane, dan administrasi yang lebih cepat menjadi faktor keberhasilan menjaga ritme distribusi. Setiap keterlambatan kecil dapat berpengaruh pada rantai pasok di wilayah tujuan.
Tren quick commerce juga memunculkan kebutuhan baru akan data yang cepat dan akurat. Perusahaan logistik kini harus memanfaatkan analisis permintaan untuk memprediksi volume barang yang akan dikirim setiap minggu atau bahkan setiap hari. Perubahan pola konsumsi yang dinamis membuat industri harus mampu mengantisipasi lonjakan mendadak pada kategori tertentu, seperti makanan cepat saji, produk kesehatan, atau kebutuhan rumah tangga.
Namun, transformasi menuju logistik laut yang lebih fleksibel ini tidak datang tanpa tantangan. Pelabuhan dengan kapasitas terbatas, cuaca ekstrem, serta permintaan mendadak dari pelaku e-commerce dapat menyebabkan tekanan operasional. Oleh karena itu, kolaborasi antara operator pelabuhan, shipping line, dan perusahaan ritel menjadi kunci dalam menjaga kelancaran sistem.
Meski begitu, peluang yang hadir cukup besar. Quick commerce membuka jalan bagi industri logistik laut untuk memperluas pasar, memperkuat digitalisasi, dan meningkatkan kualitas layanan. Dengan ritme distribusi yang semakin cepat, perusahaan pelayaran memiliki kesempatan untuk mengambil peran strategis dalam pembangunan ekosistem logistik modern.
Ke depan, quick commerce diprediksi akan terus berkembang. Pelaku industri shipping yang mampu beradaptasi dengan kecepatan, akurasi, dan fleksibilitas akan menjadi kunci dalam memastikan pasokan barang tetap lancar di seluruh Indonesia—mulai dari pusat kota hingga daerah yang jauh dari pusat ekonomi.
Tags














