23 June 2025
Belakangan ini, sistem pembayaran digital Indonesia—khususnya QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) dan Gerbang Pembayaran Nasional (GPN)—menjadi sorotan. Dalam laporan perdagangannya, Amerika Serikat menyampaikan kekhawatiran atas dominasi kedua sistem tersebut, sekaligus mempertanyakan seberapa terbukanya pasar digital Indonesia. Namun, di balik kritik tersebut terselip sebuah pengakuan: bahwa Indonesia tengah berupaya serius membangun kemandirian digital, sebuah langkah strategis yang mendapat perhatian dunia.
Kedaulatan digital tak hanya berkutat pada sistem pembayaran atau aplikasi dompet digital. Lebih luas dari itu, ini berkaitan dengan bagaimana suatu negara mengelola dan mengamankan data, menguasai infrastruktur digital kritikal, serta memanfaatkan teknologi demi memperkuat ketahanan ekonomi nasional. Di sinilah sektor logistik memegang peran yang sama pentingnya. Jika sistem keuangan adalah penggerak arus dana, maka logistik adalah jaringan utama peredaran barang—keduanya saling bergantung dalam sistem yang terintegrasi dan berdaulat.
PT Salam Pacific Indonesia Lines (SPIL) menjadi contoh nyata perusahaan logistik yang terlibat aktif dalam proses transformasi digital nasional. Melalui pengembangan layanan seperti Digital Freight Forwarding dan Online Freight Booking, SPIL tidak hanya mengikuti arah perkembangan, tetapi juga turut mendorong digitalisasi logistik di Indonesia. Lewat aplikasi mySPIL, pengguna bisa memesan pengiriman secara daring, melacak kontainer secara langsung, hingga menyelesaikan pembayaran lewat sistem digital. Fitur-fitur ini menggambarkan konsep interoperabilitas sebagaimana diterapkan dalam QRIS: sistem berbeda yang dapat beroperasi dalam satu ekosistem yang aman dan efisien.
Lebih dari sekadar inovasi layanan, apa yang dilakukan SPIL mencerminkan visi jangka panjang untuk membangun rantai pasok yang modern, mandiri, dan dikendalikan sepenuhnya oleh anak bangsa. Penerapan Cloud-Based Freight Management dan teknologi Smart Logistics Provider memungkinkan seluruh proses pengelolaan logistik dilakukan secara digital dari awal hingga akhir—mulai dari pemesanan, cek jadwal kapal, manajemen kontainer, hingga aktivitas ekspor-impor. Transparansi dan akuntabilitas sudah terintegrasi, memastikan keamanan data dan kemudahan proses audit. Inilah esensi dari kedaulatan digital: kemampuan untuk mengelola informasi dan sistem kerja tanpa ketergantungan pada infrastruktur luar negeri.
Dalam dunia yang kian terhubung secara digital, Indonesia tak bisa hanya menjadi konsumen teknologi global. Negeri ini memerlukan infrastruktur digital yang kokoh dan berpijak pada prinsip kemandirian nasional. Saat sektor perbankan memperkuat sistem transaksi melalui QRIS dan GPN, sektor logistik—melalui inisiatif seperti yang dilakukan SPIL—juga turut memperkuat jalur distribusi nasional agar semakin efisien, kuat, dan terlindungi dari pengaruh eksternal.
Digitalisasi logistik kini telah melampaui sekadar peningkatan efisiensi operasional. Ia telah menjadi pilar penting dalam upaya Indonesia mewujudkan kemandirian ekonomi dan ketahanan sistem nasional. Dengan teknologi, keterbukaan data, dan keberanian membangun sistem sendiri, SPIL membuktikan bahwa sektor logistik punya peran strategis yang setara dengan sektor keuangan dalam perjalanan menuju masa depan digital Indonesia. Inilah bentuk nyata kedaulatan: saat teknologi tidak hanya digunakan untuk bertahan, tetapi juga untuk memimpin.
Tags