04 December 2025
Digitalisasi di sektor pelayaran dan logistik tidak hanya menyentuh sisi operasional kapal dan tracking kontainer, tetapi juga semakin dalam merambah area yang sangat krusial: pengelolaan dokumen pengiriman. Peralihan dari dokumen fisik ke dokumen elektronik (e-document) kini menjadi salah satu langkah penting untuk mempercepat alur administrasi dan mengurangi risiko kesalahan dalam proses pengiriman barang melalui laut.
Dalam setiap pengiriman, terdapat rangkaian dokumen yang harus disiapkan dan disinkronkan antara pengirim, perusahaan pelayaran, pelabuhan, dan pihak penerima. Mulai dari booking confirmation, surat jalan, packing list, invoice, hingga dokumen terkait pengeluaran barang di pelabuhan. Jika seluruhnya dikelola secara manual, potensi keterlambatan, duplikasi berkas, hingga hilangnya dokumen menjadi jauh lebih besar.
Perusahaan pelayaran nasional seperti PT Salam Pacific Indonesia Lines (SPIL) mendorong penggunaan dokumen elektronik melalui platform digital MySPIL Reloaded. Melalui satu sistem terpusat, pelanggan dapat mengunggah dokumen, memantau status verifikasi, serta mengakses kembali dokumen penting tanpa perlu bergantung pada pertukaran berkas fisik.
Penerapan e-document memberi beberapa dampak langsung terhadap efisiensi:
-
Proses administrasi lebih singkat, karena dokumen dapat diproses paralel oleh beberapa pihak yang terhubung dalam sistem.
-
Jejak dokumen lebih mudah ditelusuri, sehingga memudahkan audit internal maupun penelusuran jika terjadi kendala pengiriman.
-
Risiko perbedaan versi dokumen berkurang, karena seluruh pihak mengacu pada berkas yang sama di dalam sistem.
Digitalisasi dokumen juga mendukung pelabuhan yang mulai memperkuat sistem operasional berbasis teknologi. Di pelabuhan yang sudah mengadopsi sistem digital, data dari dokumen yang diunggah melalui platform pelayaran dapat tersinkron secara otomatis, sehingga mengurangi proses input ulang dan mempercepat alur pemeriksaan.
Bagi pelanggan, perubahan ini memberikan kemudahan dalam manajemen administrasi logistik. Mereka tidak lagi harus menyimpan banyak map fisik atau mencari berkas lama secara manual. Melalui akun yang terdaftar, riwayat pengiriman dan dokumen terkait tersusun rapi dan dapat diakses kapan saja jika diperlukan kembali.
Meski demikian, transisi dari dokumen fisik ke e-document bukan tanpa tantangan. Sebagian pelaku usaha, terutama yang baru memasuki ekosistem digital, membutuhkan penyesuaian untuk memahami alur unggah dokumen, format file yang sesuai, serta prosedur verifikasi di sistem. Untuk menjawab tantangan ini, penyedia layanan seperti SPIL perlu menyediakan panduan, pelatihan singkat, serta kanal bantuan yang responsif.
Isu keamanan data juga menjadi prioritas penting dalam digitalisasi dokumen. Sistem yang digunakan harus mampu melindungi informasi sensitif, membatasi akses hanya kepada pihak yang berwenang, serta mencatat aktivitas perubahan data. Penguatan infrastruktur keamanan, baik di sisi teknis maupun kebijakan internal, menjadi bagian tak terpisahkan dari transformasi ini.
Ke depan, penggunaan dokumen elektronik diperkirakan akan menjadi standar dalam proses pengiriman laut. Selain meningkatkan efisiensi, digitalisasi dokumen juga mendukung upaya pengurangan penggunaan kertas dan memperkuat tata kelola logistik yang lebih tertib dan terdokumentasi dengan baik. industri pelayaran nasional terus bergerak menuju sistem administrasi yang lebih modern, cepat, dan terpercaya.
Tags














