Perbedaan Pengiriman via Laut dan Udara: Mana yang Lebih Efisien?

18 March 2025

Dalam industri logistik yang terus berkembang, pemilihan moda transportasi menjadi faktor krusial bagi bisnis yang ingin mengoptimalkan efisiensi pengiriman. Dua opsi utama yang tersedia adalah pengiriman via laut (shipping) dan pengiriman via udara (air freight). Keduanya memiliki keunggulan masing-masing tergantung pada kebutuhan bisnis, anggaran, dan jenis barang yang dikirim. Artikel ini akan membahas secara mendalam perbedaan pengiriman melalui laut dan udara serta faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih metode terbaik.

1. Biaya Pengiriman: Laut vs. Udara

Pengiriman via Laut

Pengiriman barang menggunakan kapal kargo atau kontainer sering kali menjadi pilihan utama bagi bisnis yang ingin menekan biaya logistik. Shipping melalui laut menawarkan harga yang lebih kompetitif dibandingkan dengan pengiriman udara, terutama untuk pengiriman dalam jumlah besar.

  • Tarif lebih rendah dibandingkan udara.

  • Cocok untuk pengiriman barang dalam volume besar.

  • Biaya per unit lebih murah, terutama untuk kargo dengan ukuran besar dan berat.

Pengiriman via Udara

Sebaliknya, air freight atau pengiriman udara memiliki biaya yang jauh lebih mahal. Harga yang lebih tinggi ini disebabkan oleh keterbatasan kapasitas kargo pesawat dan tingginya biaya operasional penerbangan.

  • Cocok untuk pengiriman cepat dengan nilai tinggi.

  • Tarif lebih mahal, terutama untuk barang dengan berat signifikan.

  • Biaya berdasarkan berat dan volume barang.

2. Kecepatan Pengiriman

Jika waktu adalah faktor utama dalam pengiriman, maka pengiriman udara adalah pilihan terbaik. Shipping via air freight memungkinkan pengiriman antar negara hanya dalam waktu 1-3 hari, sementara pengiriman via laut membutuhkan waktu lebih lama, yakni beberapa minggu hingga bulan.

  • Laut: 2–6 minggu tergantung jarak dan rute kapal.

  • Udara: 1–7 hari tergantung maskapai dan rute penerbangan.

Pengiriman udara sangat cocok untuk industri seperti farmasi, elektronik, dan barang mewah yang memerlukan kecepatan dan ketepatan waktu.

3. Keamanan dan Risiko

Shipping melalui laut memiliki risiko yang lebih tinggi dalam hal kerusakan barang akibat perjalanan yang lebih panjang dan kondisi cuaca ekstrem. Namun, penggunaan kontainer khusus seperti reefer container dapat membantu menjaga kualitas barang yang memerlukan suhu tertentu.

Sebaliknya, air freight menawarkan tingkat keamanan yang lebih tinggi karena proses pengecekan dan pengawasan yang lebih ketat di bandara. Ini membuatnya ideal untuk barang yang memiliki nilai tinggi dan rentan terhadap pencurian atau kerusakan.

4. Jenis Barang yang Bisa Dikirim

Pengiriman Laut

  • Barang dengan volume besar (mesin, kendaraan, bahan baku industri)

  • Produk tahan lama seperti tekstil, furnitur, dan bahan bangunan

  • Kargo curah seperti minyak, gas, dan bahan kimia

Pengiriman Udara

  • Barang ringan dengan nilai tinggi (elektronik, perhiasan, dokumen penting)

  • Produk farmasi dan medis yang memerlukan pengiriman cepat

  • Barang mudah rusak seperti makanan segar dan bunga

5. Dampak Lingkungan

Dari segi keberlanjutan, pengiriman laut lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan udara. Pelayaran memiliki jejak karbon lebih rendah per unit barang dibandingkan dengan transportasi udara yang memiliki emisi CO2 lebih tinggi per kilogram barang yang dikirim.

Mana yang Lebih Efisien?

Pilihan antara pengiriman laut dan udara tergantung pada kebutuhan spesifik bisnis:

  • Jika mengutamakan biaya rendah dan volume besar, pilih pengiriman laut.

  • Jika kecepatan dan keamanan menjadi prioritas utama, pilih pengiriman udara.

Sebagai perusahaan logistik terkemuka, SPIL (Salam Pacific Indonesia Lines) menawarkan solusi pelayaran terbaik melalui platform mySPIL Reloaded, yang menyediakan tracking kargo, pemesanan cepat, dan layanan multimodal untuk memastikan pengiriman yang efisien dan transparan.

Dengan memahami keunggulan dan kekurangan masing-masing moda transportasi, bisnis dapat mengambil keputusan yang lebih cerdas dalam mengoptimalkan strategi logistik dan supply chain mereka.

 

Tags

SPIL
SPILUNIVERSITY
AIRFREIGHT

See Other Information


03 December 2025

Pemulihan Waktu Bongkar Muat di Pelabuhan Utama Dorong Peningkatan Efisiensi Rantai Pasok 2025

Industri pelayaran dan logistik nasional mencatat perbaikan signifikan pada waktu bongkar muat (turnaround time) di sejumlah pelabuhan utama pada 2025. Perbaikan ini menjadi faktor penting dalam memperlancar arus peti kemas, mempercepat pergerakan kapal, dan mendukung efisiensi rantai pasok antarpulau yang semakin kompleks. Turnaround time adalah indikator utama untuk mengukur seberapa cepat kapal dapat menyelesaikan seluruh proses bongkar muat sebelum melanjutkan perjalanan ke pelabuhan berikutnya. Semakin cepat proses berjalan, semakin efisien pula penggunaan armada, kapasitas yard, dan tenaga operasional. Peningkatan ini didorong oleh sejumlah langkah strategis pelabuhan dan operator pelayaran, di antaranya: 1. Modernisasi Alat Bongkar Muat Pelabuhan besar seperti Surabaya, Makassar, dan Belawan mulai mengoperasikan crane berkapasitas lebih tinggi, automated spreader, dan reach stacker modern yang mampu mempercepat penanganan kontainer. Modernisasi alat ini mengurangi ketergantungan pada proses manual dan menekan risiko human error. 2. Penataan Container Yard yang Lebih Terstruktur Pengaturan slot kontainer berdasarkan jadwal kapal, jenis muatan, dan destinasi membuat pergerakan kontainer ke dermaga lebih cepat. Pelabuhan juga mulai menerapkan algoritma yard planning berbasis data untuk memperkirakan distribusi beban harian. 3. Penguatan Sistem Digital Pelabuhan Sistem Terminal Operating System (TOS) kini mengatur alur kontainer dari gate-in hingga loading secara terintegrasi. Dengan dashboard real-time, operator dapat memprioritaskan kontainer yang harus segera dinaikkan ke kapal sehingga mengurangi waktu tunggu crane. 4. Integrasi Data dengan Perusahaan Pelayaran Perusahaan pelayaran seperti PT Salam Pacific Indonesia Lines (SPIL) terhubung langsung dengan sistem pelabuhan untuk sinkronisasi jadwal kapal dan kesiapan muatan. Kolaborasi ini membantu memastikan bahwa kontainer yang dibutuhkan sudah berada di posisi tepat ketika crane mulai beroperasi. 5. Peningkatan Koordinasi Lintas Divisi Koordinasi antara operator crane, planner pelabuhan, foreman, hingga tim gate-out dilakukan secara cepat melalui aplikasi internal dan komunikasi radio. Dengan koordinasi yang lebih responsif, potensi hambatan dapat diatasi sebelum mengganggu seluruh proses operasi. Peningkatan waktu bongkar muat ini berdampak langsung pada schedule reliability kapal. Kapal dapat mengurangi waktu sandar dan menjaga ritme pelayaran sesuai jadwal. Hal ini sangat membantu pelaku industri yang membutuhkan kepastian waktu, seperti sektor FMCG, bahan bangunan, elektronik, hingga distribusi kebutuhan pokok. Dari sisi pelanggan, perbaikan turnaround time membuat proses pengiriman lebih stabil. Informasi jadwal kapal dan estimasi waktu tiba yang diperbarui secara berkala melalui MySPIL Reloaded membantu distributor, importir, dan pelaku usaha menyesuaikan rencana distribusi darat dan pengadaan barang lebih tepat waktu. Meski peningkatan cukup signifikan, beberapa pelabuhan daerah masih membutuhkan penguatan fasilitas seperti perluasan container yard, peningkatan daya listrik untuk reefer, serta penambahan alat bongkar muat. Tantangan lain terkait kondisi cuaca ekstrem dan fluktuasi volume musiman juga masih menjadi faktor yang harus diantisipasi. Namun secara keseluruhan, pemulihan waktu bongkar muat di pelabuhan utama menjadi sinyal positif bagi industri logistik nasional. Dengan modernisasi peralatan, digitalisasi operasional, dan kolaborasi erat antara pelabuhan dan pelayaran, Indonesia berada pada jalur yang tepat untuk membangun rantai pasok yang lebih efisien dan kompetitif di 2025.

03 December 2025

Pengembangan SDM Logistik Jadi Agenda Utama di Tengah Percepatan Digitalisasi Industri Pelayaran

Percepatan digitalisasi di industri pelayaran dan logistik pada 2025 tidak hanya menuntut modernisasi sistem dan infrastruktur, tetapi juga mendorong perlunya pengembangan sumber daya manusia (SDM) secara serius. Transformasi operasional berbasis data, sistem digital, dan otomasi pelabuhan membuat kebutuhan akan talenta yang adaptif, melek teknologi, dan memahami proses logistik secara menyeluruh menjadi semakin mendesak. Perusahaan pelayaran nasional kini menempatkan pengembangan SDM sebagai salah satu pilar utama strategi jangka panjang. PT Salam Pacific Indonesia Lines (SPIL), melalui berbagai program pelatihan internal dan ekosistem pembelajaran seperti SPIL University, berupaya membekali karyawan dengan keterampilan yang relevan dengan tuntutan industri logistik modern. Perubahan lanskap kerja sangat terasa di berbagai fungsi, mulai dari operasional pelabuhan, perencanaan kapal, hingga layanan pelanggan. Pekerja yang sebelumnya terbiasa dengan proses manual kini perlu menguasai: Pengoperasian sistem digital seperti MySPIL Reloaded Pemahaman dashboard dan pelacakan kontainer real-time Penggunaan aplikasi Terminal Operating System (TOS) di pelabuhan Analisis data sederhana untuk mendukung pengambilan keputusan Program pelatihan yang dijalankan perusahaan pelayaran umumnya mencakup dua aspek utama: upskilling (peningkatan kemampuan yang sudah relevan) dan reskilling (pengalihan kemampuan ke bidang baru yang dibutuhkan). Misalnya, staf yang sebelumnya fokus pada input manual dokumen pengiriman kini dilatih untuk mengelola e-document, memverifikasi data di sistem, dan memberikan dukungan kepada pelanggan yang menggunakan platform digital. Di sisi lain, kebutuhan akan talenta baru dari kalangan mahasiswa dan fresh graduate juga meningkat. Industri pelayaran menawarkan berbagai jalur karier di bidang operasional, supply chain planning, digital operation, hingga customer success. Melalui inisiatif seperti magang terstruktur, port visit, dan kelas industri, SPIL dan pelaku logistik lain memperkenalkan gambaran nyata dunia kerja logistik sejak dini. Pengembangan SDM tidak hanya menyasar kemampuan teknis, tetapi juga soft skills yang krusial dalam industri dengan ritme cepat. Kemampuan komunikasi lintas divisi, problem solving, manajemen waktu, dan ketahanan mental menjadi kompetensi yang sangat dibutuhkan, terutama ketika menghadapi perubahan jadwal kapal, kepadatan pelabuhan, atau permintaan mendadak dari pelanggan. Secara makro, penguatan SDM logistik berkontribusi langsung terhadap peningkatan daya saing logistik nasional. Di tengah persaingan regional, negara yang memiliki infrastruktur bagus namun SDM kurang siap akan tetap tertinggal. Sebaliknya, kombinasi teknologi modern dengan tenaga kerja yang terampil dan adaptif akan mempercepat tercapainya efisiensi biaya, peningkatan kualitas layanan, dan stabilitas rantai pasok. Meski agenda pengembangan SDM semakin menguat, tantangan tetap ada. Tidak semua pekerja nyaman dengan perubahan cepat ke arah digital, dan sebagian membutuhkan waktu lebih panjang untuk beradaptasi. Komitmen manajemen, desain pelatihan yang praktis, serta pendampingan berkelanjutan menjadi faktor penting agar proses transisi berjalan mulus. Dengan semakin terintegrasinya sistem pelayaran, pelabuhan, dan pelanggan melalui platform digital seperti MySPIL Reloaded, kebutuhan akan SDM logistik yang siap menghadapi era baru ini akan terus meningkat. Industri pelayaran nasional kini berada pada fase di mana investasi pada manusia menjadi sama pentingnya dengan investasi pada kapal dan infrastruktur—menjadikannya fondasi utama untuk mewujudkan logistik Indonesia yang lebih modern, efisien, dan berkelanjutan.

03 December 2025

Tekanan Volume Pengiriman Meningkat, Industri Logistik Perkuat Sistem Manajemen Kontainer Nasional

Volume pengiriman kontainer di Indonesia menunjukkan peningkatan signifikan pada 2025. Lonjakan permintaan distribusi barang, ekspansi sektor ritel, serta pertumbuhan UMKM membuat kebutuhan manajemen kontainer menjadi semakin kompleks dan membutuhkan sistem yang lebih terintegrasi. Industri logistik kini memperkuat container management system untuk memastikan ketersediaan, pergerakan, dan pemeliharaan kontainer berjalan optimal. Kontainer merupakan aset penting dalam rantai pasok. Jika jumlahnya tidak terkelola dengan baik, pelabuhan dapat mengalami kelebihan atau kekurangan kontainer, yang berdampak langsung pada keterlambatan pengiriman dan meningkatnya biaya logistik. Oleh karena itu, perusahaan pelayaran dan operator pelabuhan meningkatkan koordinasi untuk menjaga keseimbangan supply–demand kontainer. PT Salam Pacific Indonesia Lines (SPIL), salah satu operator pelayaran domestik terbesar, mengoptimalkan distribusi kontainer melalui analisis permintaan rute, monitoring posisi kontainer secara real-time, dan integrasi sistem digital. Dengan jaringan pelayaran yang luas dan frekuensi tinggi, SPIL memastikan kontainer yang berada di pelabuhan-pelabuhan besar maupun pelabuhan daerah dapat terus berputar efektif sesuai kebutuhan. Salah satu tantangan utama dalam manajemen kontainer adalah ketidakseimbangan arus muatan (container imbalance). Di beberapa wilayah, kontainer lebih banyak masuk daripada keluar, atau sebaliknya. Jika dibiarkan, kontainer dapat menumpuk di pelabuhan tertentu sementara pelabuhan lain mengalami kekurangan. Dengan data historis dan perencanaan berbasis prediksi, perusahaan pelayaran kini lebih mudah menentukan kapan kontainer harus dipindahkan kosong (empty repositioning). Digitalisasi menjadi fondasi penting dalam manajemen kontainer nasional. Melalui platform MySPIL Reloaded, pelanggan dapat melihat ketersediaan kontainer, melakukan booking online, dan memantau pergerakan kontainer dari awal hingga tiba di tujuan. Transparansi ini membantu pelanggan merencanakan pengiriman lebih akurat dan mengurangi risiko overbooking atau keterlambatan dokumen. Di sisi pelabuhan, sistem Terminal Operating System (TOS) membantu memetakan posisi kontainer yang masuk dan keluar dari yard. Integrasi antara TOS dan sistem pelayaran memungkinkan arus kontainer lebih terkontrol. Data gate-in/gate-out, waktu penumpukan, hingga lokasi kontainer di yard menjadi informasi penting dalam mempercepat proses bongkar muat. Penguatan sistem manajemen kontainer juga mencakup aspek pemeliharaan. Kontainer harus diperiksa secara berkala untuk memastikan kondisi strukturalnya aman untuk digunakan kembali. Dengan inspeksi digital, foto, dan catatan kondisi kontainer yang tersimpan dalam sistem, perusahaan pelayaran dapat memutuskan dengan cepat apakah kontainer perlu diperbaiki, diganti, atau dikeluarkan dari operasional. Namun, tantangan masih ada di beberapa pelabuhan kecil yang terbatas dalam ruang penyimpanan dan alat bongkar muat. Dibutuhkan peningkatan fasilitas dan perencanaan lebih matang agar kontainer dapat keluar masuk secara teratur tanpa menyebabkan kepadatan. Selain itu, faktor cuaca dan gelombang tinggi di beberapa rute juga memengaruhi rotasi kontainer, terutama di jalur Indonesia Timur. Dengan penguatan sistem manajemen kontainer, industri logistik Indonesia semakin siap menghadapi pertumbuhan permintaan distribusi barang antarpulau. Kombinasi antara analisis berbasis data, digitalisasi melalui MySPIL Reloaded, dan kolaborasi antar pelaku logistik menjadi kunci untuk menjaga kelancaran arus kontainer dan meningkatkan efisiensi rantai pasok nasional.

03 December 2025

Pemanfaatan Data Cuaca dan Ocean Forecasting Tingkatkan Keamanan dan Efisiensi Pelayaran 2025

Ketergantungan industri pelayaran terhadap kondisi cuaca membuat ocean forecasting dan sistem pemantauan cuaca berbasis data menjadi elemen penting dalam operasional 2025. Perusahaan pelayaran nasional kini semakin memanfaatkan teknologi prediksi cuaca laut untuk meningkatkan keamanan perjalanan kapal serta menjaga ketepatan jadwal pelayaran di tengah cuaca ekstrem yang makin sering terjadi. Indonesia memiliki karakteristik oseanografi yang dinamis—gelombang tinggi, arus kuat, angin kencang, hingga pergeseran musim dapat memengaruhi perjalanan kapal. Tanpa informasi cuaca yang akurat, risiko keterlambatan, kerusakan muatan, hingga kecelakaan dapat meningkat signifikan. Karena itu, integrasi data cuaca menjadi kebutuhan mendesak bagi operator pelayaran. PT Salam Pacific Indonesia Lines (SPIL), turut mengadopsi pemantauan cuaca modern untuk mendukung perencanaan rute armada. Data ini digunakan untuk menentukan kecepatan optimum kapal, menyesuaikan jadwal keberangkatan, serta memilih jalur yang lebih aman ketika kondisi laut menunjukkan potensi bahaya. Teknologi ocean forecasting menyediakan berbagai parameter penting seperti: Tinggi dan periode gelombang Kecepatan dan arah angin Arus laut Curah hujan Potensi badai atau siklon tropis Kondisi visibilitas Data ini dianalisis oleh tim operasional dan nakhoda kapal untuk mengatur strategi navigasi yang aman sekaligus efisien. Dengan pendekatan berbasis data, kapal dapat menghindari rute berisiko serta memperkirakan waktu tempuh lebih akurat. Selain memastikan keamanan, pemanfaatan data cuaca juga memperkuat schedule reliability. Di masa lalu, perubahan cuaca sering menyebabkan kapal terlambat sandar atau bahkan menunggu di perairan hingga kondisi membaik. Namun kini, dengan prediksi cuaca yang lebih presisi, perusahaan dapat menyesuaikan jadwal dan menginformasikan perubahan secara lebih cepat kepada pelanggan. Integrasi data cuaca juga terlihat dalam platform digital seperti MySPIL Reloaded, yang digunakan pelanggan untuk memantau pengiriman. Estimasi waktu tiba (ETA) kini dapat diperbarui berdasarkan kondisi laut terkini, sehingga pelanggan memiliki informasi lebih akurat untuk merencanakan distribusi darat atau perencanaan stok. Di industri global, pemanfaatan data cuaca juga digunakan untuk efisiensi bahan bakar. Kapal dapat memilih rute dengan hambatan gelombang lebih rendah, sehingga konsumsi bahan bakar lebih hemat. Tren ini mulai diadopsi di Indonesia, terutama untuk jalur pelayaran panjang yang menghubungkan pelabuhan besar di barat dan timur Nusantara. Meski teknologi sudah semakin canggih, tantangan tetap ada. Beberapa wilayah perairan Indonesia masih memiliki jangkauan sensor terbatas dan membutuhkan peningkatan perangkat pemantau cuaca laut. Selain itu, peningkatan kompetensi SDM dalam membaca dan memanfaatkan data cuaca menjadi prioritas penting untuk memastikan transformasi ini berjalan optimal. Dengan kesiapan teknologi dan peningkatan integrasi data, 2025 menjadi titik penting bagi industri pelayaran Indonesia dalam memanfaatkan ocean forecasting. Kombinasi antara keamanan, efisiensi, dan ketepatan jadwal menjadikan penggunaan data cuaca sebagai fondasi strategi operasional yang lebih modern dan berkelanjutan.

03 December 2025

Optimasi Container Yard di Pelabuhan Jadi Kunci Kurangi Kepadatan dan Waktu Tunggu Kapal

Pengelolaan container yard (CY) di pelabuhan menjadi salah satu fokus utama peningkatan efisiensi logistik pada 2025. Lonjakan arus peti kemas di pelabuhan-pelabuhan utama membuat operator pelabuhan dan perusahaan pelayaran memperkuat tata kelola area penumpukan kontainer untuk mengurangi kepadatan, mempercepat proses bongkar muat, dan menekan waktu tunggu kapal. Container yard adalah area strategis di pelabuhan yang berfungsi sebagai lokasi penumpukan kontainer sebelum dimuat ke kapal atau setelah dibongkar dari kapal. Jika pengelolaannya tidak optimal, kontainer dapat menumpuk secara tidak teratur, menyulitkan proses pencarian, memperlambat arus keluar-masuk truk, dan pada akhirnya mengganggu jadwal pelayaran. Sejumlah pelabuhan di Indonesia mulai menerapkan pola penataan kontainer yang lebih sistematis berdasarkan kategori tertentu, seperti jenis muatan (dry, reefer, DG), tujuan, status (empty/full), hingga waktu keberangkatan kapal. Dengan pola ini, pergerakan kontainer dari yard ke dermaga dapat dilakukan lebih efisien karena posisi kontainer lebih mudah diprediksi dan dijangkau alat bongkar muat. Bagi perusahaan pelayaran seperti PT Salam Pacific Indonesia Lines (SPIL), optimasi container yard sangat berpengaruh terhadap kelancaran operasional. Struktur penumpukan yang rapi mempercepat proses loading dan unloading, sehingga kapal dapat memperpendek waktu sandar dan segera melanjutkan perjalanan ke pelabuhan berikutnya. Hal ini mendukung upaya menjaga schedule reliability di jaringan pelayaran domestik. Digitalisasi pengelolaan CY juga mulai diadopsi lebih luas. Sistem Terminal Operating System (TOS) digunakan untuk memetakan posisi kontainer, mengatur slot penumpukan, dan mengatur pergerakan alat berat seperti RTG (Rubber Tyred Gantry) dan reach stacker. Dengan TOS, operator pelabuhan dapat mengetahui dengan cepat di mana sebuah kontainer berada dan kapan kontainer tersebut harus dipindahkan atau dimuat ke kapal. Integrasi data antara TOS di pelabuhan dan platform pelayaran seperti MySPIL Reloaded membantu menciptakan alur informasi yang lebih mulus. Pelanggan dan tim operasional pelayaran dapat melihat status kontainer, mulai dari gate-in, posisi di yard, hingga kesiapan untuk dimuat ke kapal. Transparansi ini membantu mengurangi miskomunikasi dan mempercepat pengambilan keputusan ketika terjadi perubahan rencana. Optimalisasi container yard juga berdampak langsung pada kelancaran arus truk di sekitar pelabuhan. Ketika penempatan kontainer lebih terarah dan proses pengeluaran kontainer (gate-out) lebih cepat, antrean truk di luar pelabuhan dapat dikurangi. Hal ini tidak hanya menguntungkan pelabuhan, tetapi juga perusahaan angkutan darat dan pelanggan yang menunggu kedatangan barang. Meski demikian, beberapa tantangan masih dihadapi. Keterbatasan lahan di pelabuhan padat, kebutuhan investasi alat baru, serta peningkatan kemampuan SDM dalam mengoperasikan sistem digital menjadi isu yang perlu dijawab. Di beberapa pelabuhan daerah, transformasi ini masih berjalan bertahap dan membutuhkan dukungan regulasi serta pendanaan berkelanjutan. Dengan arah kebijakan yang mendorong efisiensi logistik nasional, optimasi container yard menjadi salah satu komponen penting dalam meningkatkan daya saing pelabuhan Indonesia. Pengelolaan CY yang modern, terstruktur, dan didukung sistem digital akan membantu mempercepat pergerakan kontainer, mengurangi waktu tunggu kapal, dan pada akhirnya memperkuat kelancaran distribusi antarpulau yang menjadi tulang punggung ekonomi nasional.

03 December 2025

Standar Keselamatan Kerja di Kapal dan Pelabuhan Diperketat, Industri Pelayaran Fokus pada Zero Accident

Keselamatan kerja di lingkungan pelayaran dan pelabuhan menjadi salah satu fokus utama industri logistik nasional pada 2025. Tingginya aktivitas bongkar muat, pergerakan alat berat, serta operasi kapal di area dengan risiko tinggi membuat perusahaan pelayaran dan operator pelabuhan memperketat standar keselamatan dengan target jangka panjang menuju zero accident. Di pelabuhan, aktivitas operasional melibatkan berbagai unsur berisiko: crane, forklift, truk kontainer, hingga pergerakan manusia di area yang sama. Tanpa standar keselamatan yang jelas dan disiplin, potensi kecelakaan kerja sangat besar. Hal ini mendorong implementasi prosedur keselamatan yang lebih ketat dan terukur di seluruh titik operasi. Perusahaan pelayaran nasional seperti PT Salam Pacific Indonesia Lines (SPIL) meningkatkan perhatian pada Health, Safety, Security, and Environment (HSSE), baik di atas kapal maupun di area pelabuhan. Standar operasional disusun agar seluruh aktivitas—mulai dari penanganan kontainer, pengikatan muatan (lashing), hingga keluar-masuk kapal—mengikuti prosedur yang aman. Sejumlah langkah penguatan keselamatan kerja yang kini menjadi fokus industri antara lain: 1. Penerapan SOP yang Lebih Detail di Lapangan Prosedur kerja standar (SOP) kini tidak hanya tertulis di dokumen, tetapi di-breakdown menjadi langkah-langkah operasional yang mudah dipahami dan dijalankan oleh pekerja lapangan. Setiap aktivitas seperti pengoperasian crane, pergerakan truk di yard, hingga mooring kapal memiliki panduan jelas yang wajib dipatuhi. 2. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Secara Konsisten Penggunaan helm, rompi reflektif, sepatu safety, sarung tangan, dan perlengkapan lain diawasi lebih ketat. Pengawasan ini bukan hanya untuk pemenuhan regulasi, tetapi untuk memastikan pekerja terlindungi dari risiko jatuh, tertimpa benda, atau terpeleset di area kerja. 3. Peningkatan Pelatihan dan Simulasi Pekerja pelabuhan dan awak kapal mengikuti pelatihan berkala mengenai bahaya di lingkungan kerja, prosedur keadaan darurat, dan penanganan insiden. Simulasi evakuasi, kebakaran, tumpahan bahan berbahaya, hingga kondisi cuaca buruk dilakukan secara terjadwal. Program pengembangan internal seperti SPIL University juga berperan dalam penguatan pemahaman keselamatan bagi SDM. 4. Pengawasan Area Kerja Berbasis Teknologi Beberapa area pelabuhan mulai memanfaatkan CCTV dan sistem monitoring untuk mengawasi pergerakan alat dan pekerja. Data ini membantu manajemen menganalisis pola risiko dan mengambil tindakan korektif, misalnya mengatur ulang jalur pergerakan truk atau menambah rambu peringatan di area kritis. 5. Budaya Laporkan Insiden (Safety Reporting Culture) Industri pelayaran mendorong budaya di mana setiap insiden, bahkan yang sifatnya near miss, dilaporkan dan dianalisis. Pendekatan ini membantu perusahaan mempelajari potensi bahaya sejak dini dan mencegah kejadian serupa terulang di masa depan. Penguatan keselamatan juga berdampak langsung pada keandalan layanan logistik. Operasional yang aman mengurangi risiko gangguan jadwal, kerusakan barang, dan downtime alat. Pada akhirnya, hal ini mendukung kelancaran jalur pelayaran, terutama di rute-rute padat yang menjadi tulang punggung distribusi nasional. Meski progresnya positif, tantangan tetap hadir. Masih dibutuhkan konsistensi kedisiplinan di lapangan, peningkatan kesadaran individu, serta investasi berkelanjutan pada peralatan dan pelatihan keselamatan. Namun dengan komitmen bersama antara perusahaan pelayaran, operator pelabuhan, dan regulator, standar keselamatan kerja di sektor maritim Indonesia diharapkan terus meningkat.

03 December 2025

Peningkatan Keandalan Jadwal Kapal Jadi Fokus Utama Industri Pelayaran 2025

Pada 2025, industri pelayaran nasional menempatkan keandalan jadwal kapal (schedule reliability) sebagai prioritas utama. Di tengah meningkatnya kebutuhan pengiriman barang antarpulau, ketepatan jadwal menjadi faktor yang sangat mempengaruhi stabilitas pasokan, biaya logistik, dan kepuasan pelanggan. Schedule reliability mengukur seberapa tepat sebuah kapal berangkat dan tiba sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Ketika jadwal kapal konsisten, pelaku usaha dapat merencanakan pengadaan barang, produksi, hingga distribusi secara lebih presisi. Sebaliknya, jadwal yang sering bergeser dapat menyebabkan kekurangan stok, penumpukan barang, hingga meningkatnya biaya operasional. PT Salam Pacific Indonesia Lines (SPIL), meningkatkan fokus pada ketepatan jadwal dengan memperkuat perencanaan armada, koordinasi lintas pelabuhan, dan pemanfaatan teknologi digital. Dengan jaringan rute domestik yang padat, SPIL memastikan proses operasional berjalan efisien dari satu pelabuhan ke pelabuhan lainnya. Salah satu langkah strategis yang diambil industri adalah optimalisasi waktu bongkar muat. Pelabuhan-pelabuhan besar di Indonesia telah meningkatkan kapasitas crane, memperluas area penumpukan kontainer, serta mempercepat proses administrasi melalui digitalisasi. Modernisasi ini membantu mengurangi port stay time kapal sehingga jadwal keberangkatan berikutnya dapat tetap terjaga. Di sisi operasional kapal, penggunaan teknologi navigasi modern dan sistem monitoring mesin berbasis data meningkatkan efisiensi perjalanan. Kapal dapat mengatur kecepatan optimal, menghindari rute dengan cuaca buruk, dan menyesuaikan waktu kedatangan agar tetap sinkron dengan kesiapan pelabuhan. Penerapan teknologi ini menjadi salah satu kunci dalam menjaga ketepatan jadwal sepanjang tahun. Digitalisasi layanan pelanggan juga mendukung perbaikan schedule reliability. Melalui platform MySPIL Reloaded, pelanggan kini dapat melihat jadwal resmi kapal, estimasi waktu tiba, dan update operasional secara real-time. Ketika ada perubahan yang tidak dapat dihindari, pelanggan dapat segera menyesuaikan rencana distribusi dan pengadaan barang mereka tanpa menunggu update manual. Meski begitu, sejumlah tantangan masih menjadi perhatian sektor pelayaran. Kondisi cuaca ekstrem di wilayah Indonesia Timur, padatnya arus kapal tertentu, dan keterbatasan infrastruktur pelabuhan daerah dapat memengaruhi pergerakan kapal. Namun, industri pelayaran semakin memperkuat mitigasi risiko dengan buffer waktu, rute cadangan, dan analisis data cuaca untuk meminimalkan gangguan. Ketepatan jadwal bukan hanya soal memenuhi target operasional, tetapi juga berdampak langsung pada rantai pasok nasional. Sektor ritel, manufaktur, bahan bangunan, dan distribusi kebutuhan pokok sangat bergantung pada kepastian waktu pengiriman. Jadwal yang stabil membantu menjaga kelancaran pasokan dan meminimalkan potensi kenaikan harga barang di berbagai wilayah. Dengan kombinasi peningkatan armada, modernisasi pelabuhan, serta dukungan digital seperti MySPIL Reloaded, industri pelayaran Indonesia berada dalam posisi kuat untuk meningkatkan schedule reliability pada 2025. Upaya ini menjadi langkah penting dalam memperkuat konektivitas antarpulau dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.

03 December 2025

Jalur Pelayaran Reguler Jadi Faktor Kunci Stabilitas Pasokan Barang Antarpulau

Stabilitas pasokan barang antarpulau pada 2025 semakin ditopang oleh keberadaan jalur pelayaran reguler yang dioperasikan perusahaan pelayaran nasional. Di tengah naiknya kebutuhan logistik untuk sektor ritel, konstruksi, manufaktur, dan pangan, kepastian jadwal kapal menjadi elemen strategis yang sangat menentukan kelancaran distribusi. Jalur pelayaran reguler memastikan kapal beroperasi dengan frekuensi yang tetap dalam periode tertentu, misalnya mingguan atau dua kali seminggu, tergantung rute. Dengan adanya kepastian ini, distributor, importir, dan pelaku usaha daerah dapat merencanakan pengiriman dan pengadaan barang dengan lebih terukur. Ketika ritme pasokan barang stabil, risiko kelangkaan dan lonjakan harga dapat diminimalkan. PT Salam Pacific Indonesia Lines (SPIL) menjadi salah satu operator yang konsisten mengoperasikan jalur pelayaran reguler di berbagai rute domestik, termasuk yang menghubungkan pelabuhan besar seperti Surabaya, Makassar, dan Belawan dengan pelabuhan di Indonesia Timur. Melalui visi Connecting Island, SPIL fokus memastikan kapal tetap berlayar sesuai jadwal meski menghadapi berbagai tantangan operasional seperti cuaca, kepadatan pelabuhan, maupun lonjakan muatan. Kepastian jadwal pelayaran juga memberikan dampak positif bagi perencanaan stok di sisi pelanggan. Pelaku usaha dapat menyusun pola pengiriman mingguan atau bulanan yang sinkron dengan siklus permintaan pasar. Hal ini sangat krusial bagi sektor yang sensitif terhadap ketersediaan barang, seperti bahan bangunan, produk konsumsi cepat saji (FMCG), dan distribusi kebutuhan pokok. Digitalisasi turut memperkuat peran jalur pelayaran reguler. Melalui platform MySPIL Reloaded, pelanggan dapat: Melihat jadwal pelayaran setiap rute secara up-to-date Melakukan booking muatan sesuai jadwal yang tersedia Memantau status kontainer dan estimasi waktu kedatangan kapal Dengan akses informasi yang lebih transparan, pelanggan dapat mengambil keputusan pengiriman lebih cepat dan mengurangi ketergantungan pada komunikasi manual. Bagi perusahaan pelayaran, jalur reguler juga membantu mengoptimalkan pemanfaatan armada dan kontainer. Data historis dari rute reguler memberikan gambaran jelas mengenai pola permintaan, sehingga kapasitas kapal dan persediaan kontainer dapat diatur dengan lebih akurat. Hal ini berkontribusi pada efisiensi operasional dan penurunan biaya per unit barang yang dikirim. Namun, menjaga konsistensi jalur pelayaran reguler bukan tanpa tantangan. Kondisi cuaca ekstrem, gangguan operasional di pelabuhan, serta fluktuasi permintaan di beberapa musim dapat memengaruhi ritme pelayaran. Oleh karena itu, perusahaan pelayaran dituntut memiliki perencanaan alternatif, armada yang andal, dan koordinasi intensif dengan pelabuhan serta mitra logistik di darat. Ke depan, jalur pelayaran reguler diprediksi tetap menjadi tulang punggung distribusi antarpulau di Indonesia, meski teknologi dan model layanan logistik terus berkembang. Dengan kombinasi antara ketepatan jadwal, dukungan digital seperti MySPIL Reloaded operator pelayaran nasional berperan penting dalam menjaga kelancaran pasokan barang dan stabilitas ekonomi di berbagai wilayah.

03 December 2025

Penguatan Ekosistem Logistik Indonesia Timur: Pelayaran Jadi Tulang Punggung Distribusi 2025

Pergerakan logistik di kawasan Indonesia Timur menunjukkan tren penguatan yang signifikan pada 2025. Peningkatan aktivitas perdagangan, tumbuhnya sentra perikanan dan pertanian, serta berkembangnya sektor ritel dan konstruksi membuat kebutuhan pengiriman kontainer ke wilayah timur terus meningkat. Dalam ekosistem ini, pelayaran nasional menjadi tulang punggung utama distribusi barang. Sebagai negara kepulauan, konektivitas antarpulau di kawasan timur tidak dapat mengandalkan transportasi darat semata. Kapal kontainer menjadi sarana utama untuk memasok kebutuhan pokok, bahan bangunan, produk industri, hingga barang konsumsi ke kota-kota seperti Ambon, Sorong, Kupang, Manokwari, hingga Timika. Stabilitas layanan pelayaran menjadi faktor strategis dalam menjaga ketersediaan barang dan harga yang kompetitif di wilayah tersebut. PT Salam Pacific Indonesia Lines (SPIL) merupakan salah satu perusahaan pelayaran yang memperkuat jaringan distribusinya di Indonesia Timur. Dengan menambah frekuensi pelayaran, memperluas jangkauan pelabuhan singgah, serta mengoptimalkan kapasitas armada, SPIL berupaya memastikan pasokan barang ke kawasan timur tetap lancar sepanjang tahun. Selain memperkuat jaringan fisik, penguatan ekosistem logistik di Indonesia Timur juga didukung oleh digitalisasi layanan. Platform MySPIL Reloaded memungkinkan pelanggan di kawasan timur untuk: Melakukan pemesanan kontainer secara online Mengakses jadwal kapal dan estimasi waktu kedatangan Memantau status pengiriman secara real-time Digitalisasi ini membantu pelaku usaha di kota-kota timur merencanakan pengadaan barang dengan lebih akurat, terutama untuk sektor ritel, bahan bangunan, dan distribusi kebutuhan pokok. Dampak penguatan ekosistem logistik di Indonesia Timur tidak hanya dirasakan oleh distributor besar, tetapi juga oleh pelaku usaha lokal dan UMKM. Dengan akses pengiriman yang lebih teratur, produk daerah seperti hasil laut, kopi, kakao, dan komoditas agrikultur lainnya dapat dikirim ke pasar yang lebih luas dalam kualitas yang baik dan waktu yang lebih singkat. Hal ini membuka peluang peningkatan nilai tambah ekonomi daerah. Namun, di balik perkembangan positif ini, sejumlah tantangan masih perlu diatasi. Beberapa pelabuhan di kawasan timur masih membutuhkan peningkatan fasilitas bongkar muat, perluasan container yard, serta perbaikan akses jalan menuju pelabuhan. Selain itu, variabilitas cuaca dan kondisi gelombang laut di beberapa rute menuntut perencanaan pelayaran yang adaptif dan berbasis data. Kolaborasi antara perusahaan pelayaran, operator pelabuhan, pemerintah daerah, dan pelaku logistik darat menjadi kunci dalam memperkuat ekosistem ini. Investasi pada infrastruktur, peningkatan kapasitas SDM, serta integrasi sistem digital akan menentukan seberapa cepat kawasan Indonesia Timur dapat mengejar percepatan pertumbuhan logistik yang terjadi di wilayah lain. Dengan kombinasi antara jaringan pelayaran yang kuat, layanan digital seperti MySPIL Reloaded, penguatan ekosistem logistik di Indonesia Timur pada 2025 menjadi salah satu pilar penting dalam mendorong pemerataan pembangunan dan pergerakan ekonomi nasional.

02 December 2025

Digitalisasi Supply Chain 2025: Perusahaan Logistik Berpacu Percepat Integrasi Sistem Nasional

Industri logistik Indonesia memasuki fase percepatan digitalisasi pada 2025. Perusahaan pelayaran, penyedia jasa gudang, hingga operator pelabuhan kini berlomba untuk mengintegrasikan sistem digital mereka agar supply chain nasional lebih cepat, terhubung, dan akurat. Transformasi ini menjadi fondasi penting untuk mendukung pergerakan perdagangan yang terus tumbuh dari tahun ke tahun. Digitalisasi supply chain memungkinkan setiap proses dari pemesanan kontainer, persiapan dokumen, hingga monitoring perjalanan kapal dikelola secara terpusat melalui sistem daring. Hal ini mengurangi ketergantungan pada proses manual, meminimalkan human error, dan mempercepat waktu respons ketika terjadi perubahan jadwal atau permintaan pelanggan. PT Salam Pacific Indonesia Lines (SPIL) menjadi salah satu pelaku industri yang mempercepat integrasi digital melalui platform MySPIL Reloaded. Platform ini memungkinkan pengguna melakukan booking, pelacakan kiriman, unggah dokumen, hingga pembayaran secara digital. Dengan sistem yang terhubung langsung ke operasional pelabuhan dan armada kapal, proses pengiriman dapat berjalan lebih efisien dan transparan. Percepatan digitalisasi juga memperbaiki visibilitas rantai pasok nasional. Pelaku usaha kini dapat memantau ketersediaan kontainer, jadwal keberangkatan kapal, serta estimasi waktu tiba secara real-time. Akses data yang lebih cepat membantu mereka mengatur produksi dan distribusi barang dengan lebih tepat, terutama untuk sektor ritel, FMCG, dan manufaktur yang membutuhkan perencanaan logistik akurat. Di sisi operasional, integrasi digital memperkuat koordinasi antar divisi. Data kontainer, status bongkar muat, dan kapasitas kapal dicatat secara otomatis dalam sistem sehingga perencanaan rute kapal dan distribusi kontainer dapat dioptimalkan. Efisiensi ini tidak hanya menekan biaya operasional, tetapi juga meningkatkan ketepatan waktu yang sangat penting dalam pengiriman antarpulau. Meski begitu, tantangan tetap ada. Sistem digital membutuhkan infrastruktur jaringan yang stabil, terutama di pelabuhan daerah. Selain itu, modernisasi SDM menjadi kebutuhan penting agar pekerja logistik dapat mengoperasikan sistem baru dan memahami alur digital secara menyeluruh. Program pelatihan dan pengembangan seperti yang dijalankan SPIL melalui SPIL University menjadi langkah strategis untuk mengisi kebutuhan tersebut. Dengan meningkatnya volume barang dan pertumbuhan e-commerce nasional, digitalisasi supply chain menjadi keharusan, bukan lagi pilihan. Perusahaan yang mampu beradaptasi lebih cepat akan mendapatkan keunggulan kompetitif dalam hal kecepatan, efisiensi biaya, dan kepuasan pelanggan. Tahun 2025 menjadi momentum penting bagi Indonesia untuk memperkuat ekosistem logistiknya melalui integrasi sistem digital yang lebih terhubung dari hulu ke hilir.

02 December 2025

Kolaborasi Pelayaran dan Forwarder Meningkat Tajam di 2025, Dorong Efisiensi Pengiriman Antarpulau

Industri logistik Indonesia mencatat peningkatan signifikan dalam kolaborasi antara perusahaan pelayaran dan freight forwarder sepanjang tahun 2025. Lonjakan permintaan pengiriman antarpulau serta pertumbuhan sektor ritel dan e-commerce membuat perusahaan forwarder memperkuat integrasi layanan dengan operator kapal untuk mempercepat alur distribusi. Forwarder berperan sebagai pengelola pengiriman dari hulu ke hilir—mulai dari pengambilan barang, pengemasan, penyiapan dokumen, hingga pengaturan transportasi darat ke pelabuhan. Sementara itu, perusahaan pelayaran seperti PT Salam Pacific Indonesia Lines (SPIL) memastikan pergerakan kontainer melalui jalur laut berjalan tepat waktu. Kombinasi dua pihak ini menciptakan alur logistik yang lebih efisien dan terstruktur. Dalam beberapa tahun terakhir, forwarder semakin mengandalkan teknologi digital untuk mempercepat proses operasional. Salah satu teknologi yang banyak digunakan adalah platform MySPIL Reloaded, yang memungkinkan forwarder melakukan booking kontainer, mengecek posisi kapal, dan memantau status pengiriman secara real-time. Akses terhadap data yang terintegrasi membantu mereka merencanakan rute pengiriman lebih akurat serta meminimalkan potensi keterlambatan. Kolaborasi ini juga berdampak positif pada efisiensi biaya. Dengan sinkronisasi jadwal kapal dan sistem pengantaran dari forwarder, biaya logistik per unit barang dapat ditekan. Forwarder dapat memaksimalkan kapasitas muatan, menghindari idle time di pelabuhan, dan mengatur konsolidasi barang (LCL/FCL) dengan lebih efektif. Bagi pelanggan, penghematan ini berpengaruh langsung pada harga jasa logistik yang semakin kompetitif. Pertumbuhan kolaborasi pelayaran–forwarder juga memicu peningkatan kualitas layanan logistik di berbagai sektor industri. Perusahaan manufaktur memerlukan jadwal pengiriman yang stabil, perusahaan FMCG membutuhkan suplai cepat untuk menjaga ketersediaan produk, dan UMKM mengandalkan forwarder sebagai solusi one-stop logistic service. Dengan rute pelayaran SPIL yang menjangkau banyak wilayah Indonesia, forwarder kini dapat menawarkan cakupan layanan yang lebih luas kepada klien mereka. Meski tren kolaborasi meningkat, tantangan tetap ada. Beberapa pelabuhan masih menghadapi keterbatasan alat bongkar muat untuk menangani lonjakan volume kontainer. Selain itu, kebutuhan pelatihan SDM forwarder terkait penggunaan platform digital dan standar pengemasan aman masih perlu ditingkatkan. Industri forwarder saat ini juga mulai beradaptasi pada regulasi baru tentang keamanan kargo, terutama untuk pengiriman bahan berbahaya (DG cargo). Dengan digitalisasi dan integrasi sistem yang semakin matang, 2025 diprediksi menjadi tahun penting bagi sinergi pelayaran–forwarder. Perusahaan pelayaran yang mampu menyediakan layanan digital terhubung dan forwarder yang memiliki keahlian manajemen barang akan menjadi kombinasi kuat dalam membangun rantai pasok nasional yang lebih modern dan efisien. Melalui visi Connecting Island, SPIL dan mitra forwarder berperan penting dalam mempercepat arus logistik dan pengiriman barang antarpulau.

02 December 2025

Peran Freight Forwarder Makin Strategis dalam Mengurai Kepadatan Pelabuhan di 2025

Kepadatan pelabuhan menjadi salah satu tantangan utama logistik Indonesia pada awal 2025, terutama di pelabuhan-pelabuhan besar seperti Surabaya, Makassar, dan Belawan. Meningkatnya volume kontainer dan tingginya aktivitas bongkar muat membuat proses keluar-masuk barang perlu dikelola dengan lebih cermat. Salah satu pihak yang kini memainkan peran strategis dalam mengurai kepadatan tersebut adalah freight forwarder. Forwarder tidak hanya berfungsi sebagai perantara logistik, tetapi juga sebagai pengatur alur barang dari gudang pelanggan menuju pelabuhan, serta dari pelabuhan ke tujuan akhir. Dengan perencanaan yang terstruktur, forwarder dapat membantu mengurangi kemacetan di kawasan pelabuhan sekaligus mempercepat proses administrasi pelanggan. Pada 2025, forwarder banyak mengandalkan data dan platform digital untuk mengatur ritme pengiriman. Salah satunya adalah penggunaan MySPIL Reloaded, platform digital milik PT Salam Pacific Indonesia Lines (SPIL). Melalui fitur booking online, pengecekan jadwal kapal, dan pelacakan status kontainer, forwarder dapat mengatur kedatangan truk, slot kontainer, dan dokumen dengan lebih presisi, sehingga mengurangi risiko antrean panjang di pelabuhan. Integrasi data ini juga membantu forwarder memutuskan waktu yang tepat untuk gate-in kontainer. Jika kapal mengalami perubahan jadwal atau ada penyesuaian dari pihak pelabuhan, mereka dapat menyesuaikan strategi pengiriman secara cepat sehingga tidak menyebabkan penumpukan di area yard. Selain itu, forwarder juga berperan dalam memastikan dokumen pengiriman lengkap sebelum barang masuk ke pelabuhan. Ketika dokumen seperti manifest, packing list, dan surat jalan diproses lebih cepat, maka kontainer bisa melewati proses administrasi dengan lebih lancar. Hal ini sangat berkontribusi pada mengurangi bottleneck yang sering terjadi akibat dokumen tidak lengkap. Dari sisi operasional, forwarder membantu konsolidasi barang dari berbagai pelanggan, terutama untuk layanan LCL (Less than Container Load). Dengan pengelolaan konsolidasi yang baik, jumlah kontainer yang masuk ke pelabuhan bisa lebih optimal dan tidak menambah beban kapasitas secara berlebihan. Pada beberapa pelabuhan di Indonesia Timur, forwarder bahkan bekerja sama dengan perusahaan pelayaran untuk mengatur jadwal pengiriman sesuai ketersediaan ruang muat kapal. Kolaborasi ini sangat membantu SPIL dalam menjaga stabilitas jalur pelayaran di daerah-daerah yang menjadi pusat komoditas seperti perikanan, hasil bumi, hingga produk lokal siap jual. Meski peran forwarder semakin penting, industri ini tetap menghadapi tantangan. Masih ada kebutuhan peningkatan SDM dalam penggunaan platform digital, standar pengemasan aman, serta koordinasi dengan operator truk untuk menghindari keterlambatan. Infrastruktur pelabuhan tertentu juga perlu ditingkatkan agar mampu mengakomodasi lonjakan volume. Namun secara keseluruhan, forwarder kini menjadi salah satu pilar yang membantu menjaga kelancaran logistik nasional. Melalui penggunaan sistem digital seperti MySPIL Reloaded, perencanaan yang lebih matang, serta kolaborasi erat dengan perusahaan pelayaran dan pelabuhan, forwarder membantu mempercepat arus barang dan mengurangi kepadatan di area pelabuhan. Dengan semakin terhubungnya data antar pihak, industri logistik Indonesia semakin siap menghadapi pertumbuhan permintaan pengiriman yang terus meningkat sepanjang tahun 2025.

02 December 2025

Konsolidasi Muatan (LCL) Meningkat 2025, Forwarder Jadi Penggerak Utama Efisiensi Pengiriman

Tren pengiriman Less than Container Load (LCL) atau konsolidasi muatan mengalami peningkatan signifikan pada 2025. Lonjakan ini dipicu pertumbuhan UMKM, kebutuhan pengiriman dalam jumlah kecil hingga menengah, serta meningkatnya kegiatan perdagangan antarpulau. Dalam ekosistem ini, freight forwarder memegang peran utama dalam memastikan proses konsolidasi berjalan efisien dan terintegrasi dengan perusahaan pelayaran. Layanan LCL menjadi solusi bagi bisnis yang tidak memiliki muatan penuh satu kontainer. Forwarder mengumpulkan berbagai barang dari beberapa pelanggan, kemudian menggabungkannya dalam satu kontainer untuk dikirim menggunakan kapal. Dengan cara ini, biaya logistik menjadi lebih hemat, waktu pengiriman lebih cepat, dan kapasitas kapal dapat dimaksimalkan. PT Salam Pacific Indonesia Lines (SPIL), sebagai salah satu perusahaan pelayaran terbesar di Indonesia, mencatat peningkatan permintaan ruang muat untuk LCL. Forwarder menjadi mitra kunci SPIL dalam memastikan konsolidasi barang berlangsung tepat waktu dan sesuai standar pengemasan. Integrasi operasional forwarder–pelayaran ini mendukung Connecting Island, memperluas akses distribusi barang ke berbagai wilayah di Indonesia. Digitalisasi memainkan peran sangat penting dalam peningkatan layanan LCL di tahun 2025. Forwarder kini mengandalkan platform seperti MySPIL Reloaded untuk: Melakukan booking kontainer LCL dengan cepat Melihat ketersediaan jadwal kapal Memantau status muatan secara real-time Mengatur dokumen dan konsolidasi barang lebih rapi Dengan informasi yang lebih terhubung, forwarder dapat merencanakan proses stuffing, jadwal pengiriman ke pelabuhan, dan distribusi ulang di kota tujuan secara lebih presisi. Selain efisiensi biaya, layanan LCL memberikan keunggulan lain yaitu mempercepat lead time pengiriman untuk produk skala kecil. UMKM dapat mengirim barang lebih rutin tanpa harus menunggu muatan penuh. Hal ini sangat penting bagi bisnis yang mengandalkan siklus permintaan cepat seperti fashion, elektronik kecil, herbal, dan produk segar bernilai tinggi. Namun, peningkatan volume LCL juga menghadirkan tantangan baru. Proses konsolidasi membutuhkan standar pengemasan yang ketat agar barang dari berbagai pengirim tidak saling merusak selama perjalanan. Forwarder juga harus memastikan dokumen setiap pelanggan lengkap, sehingga tidak menghambat proses bongkar muat kontainer. Di pelabuhan, lonjakan permintaan LCL memerlukan koordinasi lebih intensif antara forwarder dan tim operasional pelayaran. Slot kontainer, jadwal stuffing, serta kesiapan gudang konsolidasi harus dikelola dengan ketepatan waktu yang tinggi. Untuk itu, banyak forwarder mulai berinvestasi dalam sistem informasi internal, serta meningkatkan kualitas SDM untuk mempercepat penanganan LCL. Secara keseluruhan, pertumbuhan LCL membuktikan bahwa freight forwarder bukan hanya “perantara”, tetapi aktor penting yang menggerakkan efisiensi logistik nasional. Dengan dukungan teknologi seperti MySPIL Reloaded, serta jaringan pelayaran yang luas, forwarder mampu mempercepat aktivitas perdagangan ke berbagai pulau di Indonesia. Tren ini diprediksi terus meningkat sepanjang 2025, seiring tumbuhnya industri UMKM dan ekspansi pasar baru di wilayah Indonesia Timur.

02 December 2025

Peningkatan Infrastruktur Pelabuhan 2025 Dorong Efisiensi Pengiriman Kontainer Nasional

Pemerintah bersama operator pelabuhan dan perusahaan pelayaran terus mempercepat peningkatan infrastruktur pelabuhan pada 2025. Upaya ini dilakukan untuk mendukung lonjakan arus peti kemas, mengurangi waktu tunggu kapal, serta meningkatkan efisiensi distribusi barang antarpulau. Sejumlah pelabuhan strategis di Indonesia telah memulai upgrade fasilitas, termasuk perluasan lapangan penumpukan kontainer (container yard), modernisasi alat bongkar muat, serta penguatan sistem digital pelabuhan. Langkah ini sangat penting untuk mengurangi bottleneck operasional yang selama ini menyebabkan keterlambatan pengiriman. PT Salam Pacific Indonesia Lines (SPIL) sebagai operator pelayaran yang melayani rute nasional, menyambut baik berbagai peningkatan infrastruktur ini. Dengan armada yang terus beroperasi menavigasi ratusan jalur pelayaran domestik, SPIL membutuhkan pelabuhan yang lebih siap dalam menangani volume kontainer besar, terutama pada rute yang mengalami pertumbuhan tinggi seperti Indonesia Timur. Salah satu perubahan signifikan adalah peningkatan kapasitas listrik untuk yard reefer di sejumlah pelabuhan. Hal ini sangat krusial mengingat meningkatnya permintaan pengiriman produk segar dan farmasi yang bergantung pada kontainer pendingin. Dengan kapasitas listrik yang lebih besar, pelabuhan dapat menampung lebih banyak reefer tanpa mengorbankan kualitas pendinginan. Digitalisasi pelabuhan juga menjadi bagian dari strategi modernisasi infrastruktur. Sistem Terminal Operating System (TOS) kini semakin banyak digunakan untuk mengatur pergerakan kontainer, memproses dokumen lebih cepat, serta memantau keadaan lapangan secara real-time. Integrasi sistem ini membantu menekan waktu tunggu kapal dan memperbaiki turnaround time. Peningkatan infrastruktur juga berdampak langsung pada stabilitas jadwal pelayaran. Proses bongkar muat yang lebih cepat memastikan kapal tidak tertahan terlalu lama di pelabuhan sehingga rute antarpulau dapat berjalan lebih konsisten.  Di beberapa pelabuhan daerah, peningkatan infrastruktur juga membantu membuka peluang ekonomi baru. Akses logistik yang lebih cepat membuat biaya transportasi turun dan memungkinkan barang-barang lokal bergerak lebih kompetitif ke pasar regional maupun nasional. Ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi berbasis kawasan. Meski progresnya signifikan, tantangan tetap ada. Beberapa pelabuhan kecil masih membutuhkan pembaruan alat bongkar muat, perluasan lapangan kontainer, serta perbaikan akses jalan menuju area pelabuhan. Selain itu, peningkatan kompetensi SDM dalam pengoperasian alat modern dan sistem digital juga menjadi kebutuhan mendesak. Dengan percepatan peningkatan infrastruktur pelabuhan pada 2025, Indonesia berada pada jalur yang tepat untuk membangun sistem logistik nasional yang lebih modern, efisien, dan tahan terhadap lonjakan permintaan. Perusahaan pelayaran, operator pelabuhan, dan pelaku industri logistik diharapkan terus berkolaborasi untuk memastikan pelabuhan menjadi simpul distribusi yang andal dan siap mendukung pertumbuhan ekonomi nasional

02 December 2025

IoT di Industri Pelayaran: Pemantauan Kontainer dan Armada Kini Lebih Akurat

Pemanfaatan Internet of Things (IoT) dalam industri pelayaran dan logistik nasional menunjukkan peningkatan signifikan pada 2025. Teknologi ini mulai menjadi standar baru untuk pemantauan kontainer dan armada kapal secara real-time, sekaligus menjawab kebutuhan akan visibilitas rantai pasok yang lebih akurat dan transparan. IoT memungkinkan perangkat sensor ditempatkan pada kontainer, kendaraan, maupun fasilitas pelabuhan untuk mengumpulkan data secara terus-menerus. Data tersebut mencakup posisi, suhu, getaran, tingkat kelembapan, hingga status pintu kontainer. Informasi ini kemudian dikirim ke sistem pusat dan ditampilkan dalam bentuk dashboard yang dapat diakses perusahaan pelayaran maupun pelanggan. PT Salam Pacific Indonesia Lines (SPIL) menjadi salah satu pelaku industri yang mengarahkan transformasi operasional ke arah pemanfaatan data dan sensor. Integrasi data dari lapangan dengan platform digital seperti MySPIL Reloaded membuka peluang pemantauan pengiriman yang jauh lebih detail dibanding metode konvensional. Bagi pelanggan, penerapan IoT menghadirkan beberapa manfaat utama: Tracking posisi kontainer lebih akurat, tidak hanya pada level pelabuhan, tetapi juga sepanjang perjalanan. Pemantauan kondisi muatan, terutama untuk barang sensitif seperti produk beku atau farmasi yang membutuhkan suhu stabil. Notifikasi dini, apabila terjadi deviasi dari kondisi normal, misalnya perubahan suhu di reefer container atau keterlambatan signifikan di titik tertentu. Dari sisi operasional, IoT membantu perusahaan pelayaran meningkatkan efisiensi armada. Data pergerakan kapal, waktu sandar, dan pola penggunaan rute dapat dianalisis untuk mengoptimalkan jadwal pelayaran dan pemakaian bahan bakar. Informasi dari sensor juga membantu tim teknik melakukan pemeliharaan preventif (predictive maintenance), sehingga potensi gangguan operasional dapat ditekan. Penerapan IoT juga memperkuat aspek keamanan. Sensor pada kontainer dapat mendeteksi jika terjadi pembukaan pintu di luar titik yang seharusnya, atau jika kontainer mengalami guncangan abnormal. Hal ini menjadi lapisan proteksi tambahan terhadap risiko pencurian, kerusakan barang, maupun insiden di perjalanan. Meski potensinya besar, implementasi IoT di industri pelayaran masih menghadapi beberapa tantangan. Ketersediaan jaringan komunikasi yang stabil di seluruh jalur laut, biaya investasi awal perangkat, serta kesiapan SDM dalam mengelola dan menganalisis data menjadi faktor yang harus diperhatikan. Integrasi antara sistem back-end perusahaan pelayaran, pelabuhan, dan pelanggan juga membutuhkan standar teknis yang jelas. Namun, tren global menunjukkan bahwa pemanfaatan IoT akan semakin menguat seiring meningkatnya tuntutan akan visibility dan traceability dalam rantai pasok. Di Indonesia, kombinasi antara jaringan pelayaran yang luas, infrastruktur pelabuhan yang terus ditingkatkan, dan platform digital seperti MySPIL Reloaded menjadikan ekosistem yang siap menyerap teknologi ini secara bertahap. Dengan dukungan IoT, industri pelayaran nasional bergerak menuju operasi yang lebih berbasis data. Hal ini tidak hanya meningkatkan efisiensi, tetapi juga memperkuat kepercayaan pelanggan terhadap keandalan layanan logistik laut yang menjadi tulang punggung distribusi antarpulau di Indonesia