Fresh Graduate Wajib Tahu! Skill yang Dibutuhkan untuk Berkarier di SPIL

13 March 2025

Mengapa Fresh Graduate Harus Melirik Industri Logistik?

Industri logistik terus berkembang pesat, terutama dengan digitalisasi yang semakin luas. PT Salam Pacific Indonesia Lines (SPIL) sebagai perusahaan perkapalan dan logistik terdepan di Indonesia, membuka berbagai peluang bagi fresh graduate yang ingin membangun karier di bidang ini. Dengan meningkatnya permintaan layanan Digital Freight Forwarding, Online Freight Booking, dan Smart Logistics Provider, industri ini membutuhkan tenaga kerja yang siap beradaptasi dengan teknologi terbaru.

Skill yang Wajib Dimiliki Fresh Graduate di SPIL

Agar dapat bersaing dan sukses di industri logistik, berikut adalah keterampilan utama yang perlu dikuasai oleh fresh graduate yang ingin bergabung di SPIL:

1. Pemahaman Dasar Logistik dan Supply Chain Management

  • Memahami proses pengiriman cargo, jasa ekspedisi digital, dan manajemen pengiriman digital.

  • Mengerti konsep freight forwarder, shipment tracking, dan sistem logistik terpadu.

  • Memahami bagaimana pengiriman barang online dan sistem pengelolaan kargo bekerja dalam rantai pasok global.

2. Kemampuan Digital dan Teknologi Logistik

  • Menguasai penggunaan Cloud-Based Freight Forwarding dan Real-Time Shipment Tracking.

  • Memahami Automated Freight Solutions serta E-Freight Forwarding untuk meningkatkan efisiensi operasional.

  • Menggunakan platform Digital Logistics Services seperti MySPIL untuk pengelolaan dan pelacakan pengiriman.

3. Keterampilan Komunikasi dan Negosiasi

  • Kemampuan berkomunikasi secara profesional dengan klien, vendor, dan mitra logistik.

  • Keterampilan negosiasi dalam pengiriman barang ke luar negeri atau pengiriman internasional.

  • Mampu bekerja dalam tim logistik yang terintegrasi.

4. Manajemen Data dan Analisis

  • Memahami data analytics dalam logistik untuk meningkatkan efisiensi pengiriman.

  • Mampu menggunakan perangkat lunak logistik untuk cargo booking and management.

  • Menguasai teknologi logistik terkini guna mendukung efisiensi freight shipping line Indonesia.

5. Adaptasi terhadap Perubahan dan Inovasi

  • Industri logistik terus berkembang, terutama dengan penerapan Digital Supply Chain Solutions.

  • Mampu berpikir kreatif dalam menyelesaikan tantangan operasional.

  • Mempunyai pemahaman tentang keberlanjutan dalam logistik dan konsep green logistics.

SPIL University: Program Pengembangan untuk Fresh Graduate

SPIL memiliki inisiatif SPIL University, sebuah program pelatihan internal yang bertujuan untuk membekali fresh graduate dengan keterampilan yang diperlukan di dunia logistik modern. Program ini mencakup:

  • Pelatihan langsung di lapangan terkait pengiriman cargo dan ekspedisi laut.

  • Workshop dan mentoring dalam penggunaan Online Cargo Booking dan Freight Forwarder Digital.

  • Sertifikasi profesional dalam logistics and shipping management.

Berkarier di industri logistik memberikan peluang besar bagi fresh graduate untuk berkembang. Dengan menguasai keterampilan yang dibutuhkan dan mengikuti pelatihan di SPIL University, lulusan baru dapat memiliki fondasi yang kuat dalam menghadapi tantangan industri ini. SPIL sebagai perusahaan pelayaran di Indonesia terus membuka kesempatan bagi talenta muda untuk menjadi bagian dari masa depan logistik yang lebih modern dan efisien.

 

Tags

SPIL
SPILUNIVERSITY
FRESHGRADUATE

See Other Information


04 December 2025

Integrasi Logistik Darat¿Laut Percepat Distribusi Barang di Jalur Utama Perdagangan Nasional

Percepatan distribusi barang di Indonesia pada 2025 tidak hanya bertumpu pada jalur pelayaran, tetapi juga pada integrasi logistik darat–laut yang semakin diperkuat di berbagai koridor utama perdagangan nasional. Kolaborasi antara perusahaan pelayaran, perusahaan truk, dan operator pelabuhan menjadi faktor kunci untuk mempercepat perpindahan barang dari gudang asal hingga ke tangan penerima. Sebagai negara kepulauan, pengiriman antarpulau membutuhkan konektivitas yang solid antara armada kapal dan jaringan transportasi darat. Kapal membawa kontainer dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain, sementara truk dan moda darat lainnya menjadi penghubung terakhir menuju gudang distribusi, toko, maupun konsumen akhir. Tanpa integrasi jadwal dan sistem yang baik, perpindahan barang berisiko terhambat di salah satu simpul. PT Salam Pacific Indonesia Lines (SPIL), memperkuat integrasi darat–laut dengan menggandeng mitra transportasi darat di berbagai kota besar seperti Surabaya, Jakarta, Makassar, dan Medan. Pendekatan ini memungkinkan pelanggan mendapatkan layanan pengiriman lebih menyeluruh, mulai dari port-to-port hingga door-to-door, dengan alur koordinasi yang lebih singkat. Digitalisasi menjadi penggerak utama integrasi ini. Melalui platform MySPIL Reloaded, pelanggan dapat: Melihat jadwal kapal dan memilih rute pengiriman Mengatur pemesanan kontainer dan layanan pengantaran darat Memantau status barang dari pelabuhan hingga lokasi tujuan Menerima update posisi pengiriman secara real-time Dengan sistem terintegrasi, informasi pergerakan barang tidak lagi terpecah antara operator truk, pelayaran, dan pelanggan. Semua pihak mengacu pada satu data yang sama, sehingga mengurangi risiko miskomunikasi dan keterlambatan. Integrasi darat–laut juga berdampak langsung pada lead time logistik. Di masa lalu, kontainer yang sudah tiba di pelabuhan sering menunggu terlalu lama karena koordinasi truk baru dilakukan setelah kapal sandar. Kini, penjadwalan truk dapat dilakukan paralel dengan perjalanan kapal, sehingga kontainer bisa segera keluar dari pelabuhan setelah proses bongkar muat selesai. Di beberapa kota, operator logistik mulai menerapkan konsep integrated hub yang menggabungkan fungsi depot kontainer, gudang, dan titik konsolidasi barang dalam satu kawasan yang terkoneksi baik dengan pelabuhan. Konsep ini membantu mengurangi kepadatan di area pelabuhan serta mempersingkat jarak tempuh truk untuk mengambil atau mengirim kontainer. Meski perkembangan integrasi darat–laut menunjukkan tren positif, sejumlah tantangan masih perlu diatasi. Kualitas infrastruktur jalan menuju pelabuhan tidak sepenuhnya merata, terutama di pelabuhan daerah. Kemacetan di akses utama pelabuhan besar juga masih menjadi isu yang mempengaruhi ketepatan waktu. Selain itu, sinkronisasi sistem digital antara berbagai penyedia jasa logistik masih harus terus diperkuat. Di tengah pertumbuhan e-commerce, ritel modern, dan distribusi kebutuhan pokok yang semakin bergantung pada pengiriman cepat, integrasi logistik darat–laut menjadi salah satu pilar penting dalam meningkatkan daya saing logistik nasional. Dengan kombinasi jaringan pelayaran SPIL, dukungan armada truk mitra, dan platform digital seperti MySPIL Reloaded, distribusi barang antarpulau diharapkan semakin efisien, stabil, dan mudah dipantau oleh pelanggan.

04 December 2025

Peningkatan Aktivitas Peti Kemas Mendorong Industri Logistik Perkuat Efisiensi Operasional 2025

Aktivitas peti kemas di sejumlah pelabuhan utama menunjukkan peningkatan pada 2025. Pertumbuhan sektor ritel, distribusi kebutuhan pokok, serta ekspansi industri manufaktur membuat arus kontainer bergerak lebih padat dibanding tahun sebelumnya. Kondisi ini mendorong berbagai pihak di dalam ekosistem logistik—mulai dari pelabuhan, operator alat, hingga perusahaan pelayaran—untuk memperkuat efisiensi operasional agar distribusi antarpulau tetap berjalan lancar. Operator pelabuhan merespons peningkatan aktivitas dengan memperbaiki tata kelola container yard (CY) dan pola penumpukan kontainer. Penataan ulang alur pergerakan, pengaturan jalur truk, serta peningkatan koordinasi harian menjadi langkah strategis untuk memastikan pergerakan kontainer dapat berlangsung lebih cepat dan terprediksi. Perusahaan pelayaran seperti PT Salam Pacific Indonesia Lines (SPIL) juga memperkuat koordinasi dengan pelabuhan agar kapal dapat sandar sesuai rencana dan mengurangi kontainer yang menunggu keberangkatan.  Digitalisasi menjadi salah satu penggerak utama upaya efisiensi ini. Integrasi antara sistem Terminal Operating System (TOS) di pelabuhan dengan platform digital seperti MySPIL Reloaded membantu mempercepat alur informasi. Pelanggan dapat melihat jadwal kapal, status kontainer, serta pemutakhiran proses operasional secara real-time, sehingga perencanaan pengiriman dapat dilakukan lebih efektif. Di sisi darat, operator truk mempercepat rotasi armada dengan sistem penjadwalan yang lebih adaptif. Penyesuaian waktu pengambilan dan pengantaran kontainer dilakukan berdasarkan kondisi lapangan dan pergerakan kapal, sehingga kepadatan di pintu masuk pelabuhan dapat diminimalisir. Meskipun berbagai perbaikan telah dilakukan, tantangan tetap ada. Beberapa pelabuhan daerah masih membutuhkan peningkatan fasilitas dan alat bongkar muat untuk menyesuaikan dengan meningkatnya aktivitas kontainer. Faktor cuaca serta kondisi teknis alat juga menjadi variabel yang masih memengaruhi kelancaran operasional harian. Meski begitu, ekosistem logistik nasional menunjukkan kesiapan menghadapi dinamika di lapangan melalui penguatan peralatan operasional, koordinasi rutin antar pihak, dan penerapan teknologi digital yang semakin matang. Perusahaan pelayaran melihat momentum ini sebagai peluang untuk memperkuat jaringan layanan serta menyediakan ekosistem pengiriman yang lebih efisien dan responsif. Penguatan efisiensi operasional ini menjadi langkah penting dalam menjaga kelancaran pasokan barang ke berbagai wilayah Nusantara. Dengan dukungan digitalisasi melalui MySPIL Reloaded dan kerja sama lintas pelabuhan–pelayaran, distribusi kontainer diharapkan terus berjalan stabil sepanjang 2025.

04 December 2025

E-Booking dan E-Tracking Perkuat Transparansi Layanan Pengiriman Laut di Indonesia

Transformasi digital di sektor pelayaran dan logistik terus berkembang, salah satunya melalui penerapan e-booking dan e-tracking dalam layanan pengiriman laut. Kedua fitur ini kini menjadi komponen penting dalam meningkatkan transparansi, kecepatan layanan, dan kepastian informasi bagi pelanggan yang mengirim barang antarpulau. Sebelumnya, pemesanan ruang muat di kapal dan pemantauan status pengiriman banyak bergantung pada komunikasi manual melalui telepon, pesan, atau pertukaran dokumen fisik. Pola ini sering menimbulkan kendala, mulai dari keterlambatan informasi hingga risiko miskomunikasi antara pelanggan, pelayaran, dan pihak pelabuhan. Dengan hadirnya sistem digital, proses tersebut mulai bergeser menjadi lebih terstruktur dan terdokumentasi rapi. Perusahaan pelayaran nasional seperti PT Salam Pacific Indonesia Lines (SPIL) mengintegrasikan fitur e-booking dan e-tracking ke dalam platform digital MySPIL Reloaded. Melalui satu portal, pelanggan dapat melakukan pemesanan kontainer, memilih rute dan jadwal kapal, mengunggah dokumen digital, serta memantau pergerakan kiriman secara mandiri. Penerapan e-booking memberi sejumlah manfaat langsung bagi pelanggan. Proses pemesanan menjadi lebih cepat karena dapat dilakukan kapan saja tanpa bergantung pada jam kerja kantor. Riwayat pemesanan tersimpan dengan jelas di sistem, sehingga memudahkan pengecekan kembali jika dibutuhkan. Selain itu, pelanggan dapat melihat ketersediaan jadwal kapal dan kapasitas layanan secara lebih transparan. Sementara itu, fitur e-tracking memperkuat aspek visibility dalam rantai pasok. Pelanggan dapat mengetahui posisi terkini kontainer mereka, apakah sudah berada di pelabuhan asal, sedang dalam proses bongkar muat, berada di atas kapal, atau telah tiba di pelabuhan tujuan. Informasi ini menjadi dasar bagi pelaku usaha untuk mengatur stok, distribusi darat, dan komitmen pengiriman ke pelanggan akhir. Dari sisi internal, penerapan e-booking dan e-tracking membantu tim operasional dan layanan pelanggan bekerja lebih efisien. Data kiriman yang tersentral di sistem mengurangi kebutuhan pengecekan manual dan mempercepat respons terhadap pertanyaan pelanggan. Tim juga dapat lebih fokus pada penanganan kasus khusus, sementara permintaan informasi dasar sudah terjawab melalui dashboard digital. Di pelabuhan, integrasi antara sistem pelayaran dan sistem operasional terminal memungkinkan proses administratif seperti gate-in, penempatan kontainer, dan persiapan loading dilakukan lebih sinkron. Hal ini berkontribusi pada kelancaran alur bongkar muat dan pengurangan potensi antrean di area pelabuhan. Meski manfaatnya besar, adopsi e-booking dan e-tracking masih memerlukan proses penyesuaian di lapangan. Sebagian pelanggan, terutama pelaku usaha kecil yang terbiasa dengan pola komunikasi tradisional, membutuhkan pendampingan untuk beralih ke sistem digital. Untuk itu, perusahaan pelayaran dan mitra logistik perlu menyediakan panduan, kanal bantuan, dan sosialisasi yang konsisten. Keamanan data juga menjadi perhatian utama. Sistem digital harus dilengkapi dengan pengelolaan akses yang baik, perlindungan terhadap kebocoran informasi, serta pengawasan aktivitas yang tidak biasa. Dengan pengamanan yang memadai, pelanggan dapat merasa yakin bahwa informasi pengiriman mereka dikelola secara profesional. Secara keseluruhan, penerapan e-booking dan e-tracking dalam layanan pengiriman laut menjadi salah satu langkah penting dalam modernisasi logistik Indonesia. industri pelayaran nasional bergerak menuju ekosistem layanan yang lebih transparan, responsif, dan sesuai dengan kebutuhan pelaku usaha di era digital.

04 December 2025

Digitalisasi Dokumen Pengiriman Laut Kurangi Proses Manual dan Percepat Alur Administrasi

Digitalisasi di sektor pelayaran dan logistik tidak hanya menyentuh sisi operasional kapal dan tracking kontainer, tetapi juga semakin dalam merambah area yang sangat krusial: pengelolaan dokumen pengiriman. Peralihan dari dokumen fisik ke dokumen elektronik (e-document) kini menjadi salah satu langkah penting untuk mempercepat alur administrasi dan mengurangi risiko kesalahan dalam proses pengiriman barang melalui laut. Dalam setiap pengiriman, terdapat rangkaian dokumen yang harus disiapkan dan disinkronkan antara pengirim, perusahaan pelayaran, pelabuhan, dan pihak penerima. Mulai dari booking confirmation, surat jalan, packing list, invoice, hingga dokumen terkait pengeluaran barang di pelabuhan. Jika seluruhnya dikelola secara manual, potensi keterlambatan, duplikasi berkas, hingga hilangnya dokumen menjadi jauh lebih besar. Perusahaan pelayaran nasional seperti PT Salam Pacific Indonesia Lines (SPIL) mendorong penggunaan dokumen elektronik melalui platform digital MySPIL Reloaded. Melalui satu sistem terpusat, pelanggan dapat mengunggah dokumen, memantau status verifikasi, serta mengakses kembali dokumen penting tanpa perlu bergantung pada pertukaran berkas fisik. Penerapan e-document memberi beberapa dampak langsung terhadap efisiensi: Proses administrasi lebih singkat, karena dokumen dapat diproses paralel oleh beberapa pihak yang terhubung dalam sistem. Jejak dokumen lebih mudah ditelusuri, sehingga memudahkan audit internal maupun penelusuran jika terjadi kendala pengiriman. Risiko perbedaan versi dokumen berkurang, karena seluruh pihak mengacu pada berkas yang sama di dalam sistem. Digitalisasi dokumen juga mendukung pelabuhan yang mulai memperkuat sistem operasional berbasis teknologi. Di pelabuhan yang sudah mengadopsi sistem digital, data dari dokumen yang diunggah melalui platform pelayaran dapat tersinkron secara otomatis, sehingga mengurangi proses input ulang dan mempercepat alur pemeriksaan. Bagi pelanggan, perubahan ini memberikan kemudahan dalam manajemen administrasi logistik. Mereka tidak lagi harus menyimpan banyak map fisik atau mencari berkas lama secara manual. Melalui akun yang terdaftar, riwayat pengiriman dan dokumen terkait tersusun rapi dan dapat diakses kapan saja jika diperlukan kembali. Meski demikian, transisi dari dokumen fisik ke e-document bukan tanpa tantangan. Sebagian pelaku usaha, terutama yang baru memasuki ekosistem digital, membutuhkan penyesuaian untuk memahami alur unggah dokumen, format file yang sesuai, serta prosedur verifikasi di sistem. Untuk menjawab tantangan ini, penyedia layanan seperti SPIL perlu menyediakan panduan, pelatihan singkat, serta kanal bantuan yang responsif. Isu keamanan data juga menjadi prioritas penting dalam digitalisasi dokumen. Sistem yang digunakan harus mampu melindungi informasi sensitif, membatasi akses hanya kepada pihak yang berwenang, serta mencatat aktivitas perubahan data. Penguatan infrastruktur keamanan, baik di sisi teknis maupun kebijakan internal, menjadi bagian tak terpisahkan dari transformasi ini. Ke depan, penggunaan dokumen elektronik diperkirakan akan menjadi standar dalam proses pengiriman laut. Selain meningkatkan efisiensi, digitalisasi dokumen juga mendukung upaya pengurangan penggunaan kertas dan memperkuat tata kelola logistik yang lebih tertib dan terdokumentasi dengan baik. industri pelayaran nasional terus bergerak menuju sistem administrasi yang lebih modern, cepat, dan terpercaya.

04 December 2025

Pendekatan Terpusat untuk Memantau Operasi Pengiriman Laut

Kompleksitas operasional pengiriman laut mendorong perusahaan pelayaran dan logistik di Indonesia untuk mengadopsi konsep sebagai pusat kendali dan pemantauan aktivitas pengiriman secara terintegrasi. Pendekatan ini mulai banyak digunakan untuk mengawal pergerakan kontainer, memantau jadwal kapal, serta mengoordinasikan respon ketika terjadi perubahan di lapangan. Control tower logistik berfungsi sebagai “ruang kendali” yang menggabungkan data dari berbagai sumber: jadwal pelayaran, status bongkar muat di pelabuhan, pergerakan kontainer, hingga informasi dari pelanggan. Dengan data yang terkumpul di satu titik, perusahaan dapat mengambil keputusan operasional dengan lebih cepat dan terukur. PT Salam Pacific Indonesia Lines (SPIL) menjadi salah satu perusahaan pelayaran nasional yang mengarahkan operasionalnya ke model pemantauan terpusat. Integrasi antara sistem internal dengan platform digital MySPIL Reloaded memungkinkan tim operasional dan layanan pelanggan melihat status pengiriman dalam satu tampilan yang konsisten, baik untuk rute utama maupun cabang-cabang di daerah. Melalui control tower, beberapa fungsi penting dapat dijalankan secara lebih efektif, antara lain: 1. Pemantauan Jadwal Kapal dan Status Pengiriman Tim dapat memonitor posisi kapal, progres bongkar muat, dan status kontainer secara serentak. Jika terdapat potensi keterlambatan atau hambatan di pelabuhan, informasi tersebut segera muncul dalam sistem, sehingga tim bisa menyiapkan langkah antisipasi. 2. Koordinasi Cepat Saat Terjadi Gangguan Ketika muncul gangguan seperti penyesuaian jadwal, keterbatasan alat di pelabuhan, atau kondisi cuaca yang mengharuskan perubahan rute, control tower menjadi pusat koordinasi. Informasi dari lapangan dikumpulkan, dianalisis, dan diterjemahkan menjadi keputusan operasional yang kemudian dikomunikasikan ke cabang, mitra, dan pelanggan. 3. Kolaborasi Lintas Divisi Control tower menghubungkan berbagai fungsi: operasional kapal, pelabuhan, perencanaan rute, kontainer, hingga layanan pelanggan. Dengan mengacu pada data yang sama, setiap divisi dapat mengambil langkah selaras tanpa mengandalkan asumsi berbeda-beda. 4. Dukungan pada Layanan Digital Pelanggan Data yang dikelola di control tower tersambung dengan fitur tracking dan informasi di MySPIL Reloaded. Hal ini memastikan bahwa informasi yang dilihat pelanggan di dashboard selaras dengan realita operasional di lapangan. Ketika pelanggan menghubungi tim layanan, informasi yang disampaikan pun merujuk pada data terkini yang sama. Penerapan control tower logistik juga mendorong perubahan budaya kerja di lingkungan pelayaran. Keputusan tidak lagi bergantung pada informasi terpisah dari masing-masing cabang, tetapi mengacu pada analisis terpusat yang melihat gambaran besar jaringan pelayaran. Hal ini membantu perusahaan menjaga konsistensi layanan di berbagai wilayah. Meski konsep ini menjanjikan, penerapan control tower tetap menghadapi tantangan. Perusahaan perlu memastikan kualitas data yang masuk ke sistem selalu terbarui, membangun integrasi teknis dengan berbagai aplikasi pendukung, serta menyiapkan SDM yang mampu membaca dan menindaklanjuti insight dari dashboard operasional. Selain itu, tidak semua kondisi di lapangan dapat sepenuhnya dipetakan dalam bentuk angka atau status sistem. Karena itu, komunikasi dua arah antara control tower dan tim di pelabuhan, kapal, maupun cabang tetap menjadi elemen penting. Teknologi menyediakan gambaran situasi, sementara pengalaman dan intuisi para pelaksana di lapangan melengkapi proses pengambilan keputusan. Dengan semakin kompleksnya jaringan pengiriman laut domestik, konsep control tower logistik dipandang sebagai salah satu cara efektif untuk menjaga keteraturan operasi. Menggabungkan data real-time, koordinasi lintas fungsi, dan integrasi dengan layanan digital seperti MySPIL Reloaded, pendekatan ini membantu industri pelayaran nasional merespons dinamika logistik dengan lebih cepat dan terarah.

04 December 2025

Pendekatan Terpusat untuk Memantau Operasi Pengiriman Laut

Kompleksitas operasional pengiriman laut mendorong perusahaan pelayaran dan logistik di Indonesia untuk mengadopsi konsep sebagai pusat kendali dan pemantauan aktivitas pengiriman secara terintegrasi. Pendekatan ini mulai banyak digunakan untuk mengawal pergerakan kontainer, memantau jadwal kapal, serta mengoordinasikan respon ketika terjadi perubahan di lapangan. Control tower logistik berfungsi sebagai “ruang kendali” yang menggabungkan data dari berbagai sumber: jadwal pelayaran, status bongkar muat di pelabuhan, pergerakan kontainer, hingga informasi dari pelanggan. Dengan data yang terkumpul di satu titik, perusahaan dapat mengambil keputusan operasional dengan lebih cepat dan terukur. PT Salam Pacific Indonesia Lines (SPIL) menjadi salah satu perusahaan pelayaran nasional yang mengarahkan operasionalnya ke model pemantauan terpusat. Integrasi antara sistem internal dengan platform digital MySPIL Reloaded memungkinkan tim operasional dan layanan pelanggan melihat status pengiriman dalam satu tampilan yang konsisten, baik untuk rute utama maupun cabang-cabang di daerah. Melalui control tower, beberapa fungsi penting dapat dijalankan secara lebih efektif, antara lain: 1. Pemantauan Jadwal Kapal dan Status Pengiriman Tim dapat memonitor posisi kapal, progres bongkar muat, dan status kontainer secara serentak. Jika terdapat potensi keterlambatan atau hambatan di pelabuhan, informasi tersebut segera muncul dalam sistem, sehingga tim bisa menyiapkan langkah antisipasi. 2. Koordinasi Cepat Saat Terjadi Gangguan Ketika muncul gangguan seperti penyesuaian jadwal, keterbatasan alat di pelabuhan, atau kondisi cuaca yang mengharuskan perubahan rute, control tower menjadi pusat koordinasi. Informasi dari lapangan dikumpulkan, dianalisis, dan diterjemahkan menjadi keputusan operasional yang kemudian dikomunikasikan ke cabang, mitra, dan pelanggan. 3. Kolaborasi Lintas Divisi Control tower menghubungkan berbagai fungsi: operasional kapal, pelabuhan, perencanaan rute, kontainer, hingga layanan pelanggan. Dengan mengacu pada data yang sama, setiap divisi dapat mengambil langkah selaras tanpa mengandalkan asumsi berbeda-beda. 4. Dukungan pada Layanan Digital Pelanggan Data yang dikelola di control tower tersambung dengan fitur tracking dan informasi di MySPIL Reloaded. Hal ini memastikan bahwa informasi yang dilihat pelanggan di dashboard selaras dengan realita operasional di lapangan. Ketika pelanggan menghubungi tim layanan, informasi yang disampaikan pun merujuk pada data terkini yang sama. Penerapan control tower logistik juga mendorong perubahan budaya kerja di lingkungan pelayaran. Keputusan tidak lagi bergantung pada informasi terpisah dari masing-masing cabang, tetapi mengacu pada analisis terpusat yang melihat gambaran besar jaringan pelayaran. Hal ini membantu perusahaan menjaga konsistensi layanan di berbagai wilayah. Meski konsep ini menjanjikan, penerapan control tower tetap menghadapi tantangan. Perusahaan perlu memastikan kualitas data yang masuk ke sistem selalu terbarui, membangun integrasi teknis dengan berbagai aplikasi pendukung, serta menyiapkan SDM yang mampu membaca dan menindaklanjuti insight dari dashboard operasional. Selain itu, tidak semua kondisi di lapangan dapat sepenuhnya dipetakan dalam bentuk angka atau status sistem. Karena itu, komunikasi dua arah antara control tower dan tim di pelabuhan, kapal, maupun cabang tetap menjadi elemen penting. Teknologi menyediakan gambaran situasi, sementara pengalaman dan intuisi para pelaksana di lapangan melengkapi proses pengambilan keputusan. Dengan semakin kompleksnya jaringan pengiriman laut domestik, konsep control tower logistik dipandang sebagai salah satu cara efektif untuk menjaga keteraturan operasi. Menggabungkan data real-time, koordinasi lintas fungsi, dan integrasi dengan layanan digital seperti MySPIL Reloaded, pendekatan ini membantu industri pelayaran nasional merespons dinamika logistik dengan lebih cepat dan terarah.

04 December 2025

Standarisasi Proses Operasional Cabang Jadi Kunci Konsistensi Layanan Pelayaran Nasional

Perusahaan pelayaran nasional semakin menaruh perhatian pada standarisasi proses operasional di cabang-cabang sebagai upaya menjaga konsistensi layanan kepada pelanggan di berbagai wilayah Indonesia. Dengan jaringan pelabuhan yang luas dan karakteristik daerah yang berbeda-beda, penyatuan standar kerja menjadi langkah penting agar kualitas layanan tetap terjaga, baik di kota besar maupun pelabuhan daerah. Dalam industri pengiriman laut, setiap tahapan operasional—mulai dari penerimaan pesanan, pengelolaan dokumen, penanganan kontainer, hingga komunikasi dengan pelanggan—memiliki dampak langsung terhadap kelancaran pengiriman. Ketika satu cabang menerapkan prosedur yang berbeda jauh dari cabang lain, potensi ketidaksinkronan data, keterlambatan proses, hingga perbedaan informasi yang diterima pelanggan menjadi lebih besar. PT Salam Pacific Indonesia Lines (SPIL) termasuk salah satu pelaku industri yang mendorong standarisasi ini melalui penyusunan Standard Operating Procedure (SOP) yang berlaku di seluruh jaringan cabang. SOP tersebut mencakup alur kerja layanan pelanggan, penanganan booking, koordinasi dengan pelabuhan, hingga tata cara penanganan komplain dan kasus khusus. Standarisasi proses operasional cabang memberikan beberapa manfaat penting: 1. Pengalaman Layanan yang Konsisten Pelanggan yang menggunakan layanan di kota berbeda akan merasakan pola layanan yang kurang lebih sama. Cara cabang menjelaskan informasi, menangani dokumen, dan merespons kendala mengikuti standar yang telah ditetapkan. Hal ini membangun kepercayaan bahwa layanan perusahaan dapat diandalkan di mana pun pelanggan bertransaksi. 2. Kemudahan Pelatihan dan Pengembangan SDM Dengan SOP yang tersusun rapi, proses pelatihan karyawan baru menjadi lebih terarah. Materi pelatihan tidak perlu dibuat berbeda jauh untuk tiap cabang. Program pengembangan internal seperti yang difasilitasi melalui SPIL University dapat mengacu pada standar operasional yang sama, sehingga kompetensi karyawan lebih merata di seluruh jaringan. 3. Penanganan Masalah yang Lebih Terstruktur Ketika terjadi kendala di lapangan—misalnya perubahan jadwal kapal, perbedaan data dokumen, atau keterlambatan proses tertentu—SOP menyediakan panduan langkah-langkah yang harus dilakukan. Hal ini meminimalkan keputusan yang didasarkan pada kebiasaan pribadi dan menggantinya dengan pola penanganan yang lebih terukur. 4. Integrasi Lebih Kuat dengan Sistem Digital Standar operasional yang jelas memudahkan integrasi dengan platform digital seperti MySPIL Reloaded. Alur kerja di cabang dapat diselaraskan dengan alur di sistem, mulai dari input data, pengecekan status, hingga update informasi kepada pelanggan. Dengan demikian, apa yang tercatat di sistem benar-benar mencerminkan kondisi operasional di lapangan. 5. Dukungan untuk Pengawasan dan Evaluasi Manajemen pusat dapat lebih mudah melakukan evaluasi kinerja cabang jika indikator dan alur kerjanya seragam. Perbandingan kualitas layanan, kecepatan proses, dan tingkat kepuasan pelanggan bisa dilakukan dengan basis yang sama. Dari situ, program perbaikan dan pendampingan cabang dapat diarahkan secara lebih tepat. Meski standarisasi menjadi target, penerapan di lapangan tetap memerlukan penyesuaian terhadap kondisi lokal. Beberapa pelabuhan memiliki karakter operasional berbeda, mulai dari jam operasional, fasilitas bongkar muat, hingga akses jalan. Karena itu, SOP umumnya disusun dengan kombinasi antara ketentuan yang wajib seragam dan ruang fleksibilitas yang dapat disesuaikan cabang selama tidak mengorbankan prinsip utama layanan. Tantangan lain dalam standarisasi adalah perubahan budaya kerja. Karyawan yang sudah terbiasa dengan cara kerja lama perlu didampingi untuk mengadopsi cara kerja baru yang lebih terstruktur. Komunikasi internal, sesi sosialisasi, dan contoh praktik baik dari cabang yang lebih dulu menerapkan SOP dengan baik menjadi bagian penting dalam proses transisi. Di tengah meningkatnya tuntutan pelanggan terhadap kepastian layanan dan transparansi proses, standarisasi operasional cabang menjadi salah satu fondasi penting bagi perusahaan pelayaran nasional. Dengan prosedur yang seragam, SDM yang terlatih, dan dukungan sistem digital seperti MySPIL Reloaded, perusahaan dapat menghadirkan layanan yang lebih stabil dan dapat diprediksi oleh pelanggan di seluruh Indonesia.

04 December 2025

Manajemen Risiko Jadi Fokus Utama dalam Operasi Pengiriman Laut di Indonesia

Pengelolaan risiko kini menjadi salah satu pilar utama dalam operasional pengiriman laut di Indonesia. Dinamika cuaca, kondisi pelabuhan, kepadatan jalur logistik, serta tuntutan pelanggan terhadap ketepatan waktu membuat perusahaan pelayaran dan pelaku logistik perlu memperkuat pendekatan manajemen risiko secara lebih terstruktur. Dalam rantai pengiriman laut, potensi risiko muncul di berbagai titik: dari perencanaan jadwal kapal, proses pemuatan di pelabuhan, perjalanan di laut, hingga distribusi barang setelah tiba di pelabuhan tujuan. Tanpa strategi mitigasi yang jelas, gangguan di salah satu titik dapat berdampak ke seluruh alur distribusi. Perusahaan pelayaran nasional seperti PT Salam Pacific Indonesia Lines (SPIL) memperkuat manajemen risiko melalui kombinasi prosedur operasional, penggunaan data, serta pemanfaatan platform digital MySPIL Reloaded. Informasi mengenai jadwal kapal, status kontainer, dan pembaruan operasional dikumpulkan dan dipantau untuk mendukung pengambilan keputusan yang lebih cepat ketika muncul potensi gangguan. Beberapa aspek utama dalam manajemen risiko pengiriman laut yang kini menjadi fokus industri antara lain: 1. Perencanaan Jadwal yang Adaptif Perencanaan jadwal kapal tidak lagi hanya mengandalkan pola historis, tetapi juga mempertimbangkan variabel seperti kondisi cuaca, kepadatan pelabuhan, dan tren permintaan pengiriman. Dengan perencanaan yang adaptif, perusahaan pelayaran dapat menyiapkan skenario alternatif jika terjadi perubahan di lapangan, sehingga dampak terhadap pelanggan dapat diminimalkan. 2. Penguatan Prosedur di Pelabuhan Proses bongkar muat dan penanganan kontainer di pelabuhan memiliki risiko tinggi terhadap keterlambatan dan kerusakan barang. Untuk itu, prosedur pengoperasian alat, penataan container yard, dan alur pergerakan truk diperkuat agar lebih tertib dan terukur. Di sisi lain, koordinasi intensif dengan operator pelabuhan menjadi kunci untuk mengantisipasi perubahan mendadak dalam aktivitas terminal. 3. Transparansi Informasi kepada Pelanggan Ketika terjadi potensi gangguan, seperti penyesuaian jadwal atau kepadatan di pelabuhan tertentu, transparansi informasi kepada pelanggan menjadi bagian dari manajemen risiko. Melalui MySPIL Reloaded, pelanggan dapat menerima pembaruan status kiriman dan estimasi perjalanan secara berkala. Dengan informasi yang jelas, pelanggan dapat menyesuaikan rencana operasional mereka dan mengurangi dampak gangguan di hilir. 4. Penguatan Prosedur Penanganan Insiden Industri pelayaran juga memperkuat prosedur penanganan insiden, mulai dari keterlambatan kapal, kendala dokumen, hingga gangguan teknis di lapangan. Setiap insiden dicatat, dianalisis, dan dijadikan bahan evaluasi untuk mencegah kejadian serupa terulang. Pendekatan ini membuat manajemen risiko berjalan secara berkelanjutan, bukan hanya reaktif. 5. Pengembangan Kompetensi SDM Manajemen risiko yang efektif membutuhkan SDM yang memahami proses logistik secara menyeluruh. Melalui program pengembangan internal dan platform pembelajaran seperti SPIL University, karyawan dibekali pemahaman mengenai pola risiko di pelabuhan, di kapal, dan di sisi layanan pelanggan. Kesadaran risiko di tingkat operasional membantu deteksi dini sebelum masalah berkembang lebih besar. Di sisi lain, penggunaan teknologi juga memperluas kemampuan perusahaan dalam memetakan risiko. Data yang terkumpul dari perjalanan kapal, aktivitas pelabuhan, dan pola pengiriman pelanggan menjadi bahan analisis untuk mengenali titik-titik rawan dalam rantai logistik. Dari data tersebut, perusahaan dapat menyusun prioritas perbaikan dan strategi mitigasi yang lebih tepat sasaran. Meskipun tidak semua risiko dapat dihilangkan, pendekatan manajemen risiko yang terstruktur membantu industri pelayaran menjaga stabilitas layanan di tengah berbagai ketidakpastian. Pelanggan mendapatkan kepastian bahwa ketika terjadi gangguan, ada langkah yang jelas untuk mengelola dampaknya, bukan sekadar penjelasan tanpa solusi. Dengan kombinasi prosedur operasional yang kuat, pemanfaatan platform digital seperti MySPIL Reloaded, serta pengembangan SDM yang memahami pentingnya manajemen risiko, industri pengiriman laut di Indonesia semakin siap menghadapi dinamika logistik yang terus berkembang dari waktu ke waktu.

04 December 2025

Freight Forwarder Berperan Penting Sebagai Orkestrator dalam Rantai Pengiriman Laut

Peran freight forwarder dalam rantai logistik laut semakin krusial seiring meningkatnya kebutuhan pengiriman barang antarpulau di Indonesia. Di tengah dinamika pelabuhan, jadwal kapal, dan berbagai persyaratan dokumen, forwarder bertindak sebagai “orkestrator” yang menghubungkan pengirim, perusahaan pelayaran, pelabuhan, dan penerima barang dalam satu alur pengiriman yang terkoordinasi. Freight forwarder membantu pelanggan mengelola proses pengiriman dari awal hingga akhir, mulai dari pengambilan barang di gudang, pengemasan, pengurusan dokumen, pemilihan rute dan kapal, hingga pengantaran ke lokasi tujuan. Peran ini menjadi sangat penting terutama bagi pelaku usaha yang belum memiliki tim logistik internal yang kuat atau belum familiar dengan detail prosedur pengiriman laut. Di sisi pelayaran, forwarder menjadi mitra strategis perusahaan seperti PT Salam Pacific Indonesia Lines (SPIL). Melalui kerja sama yang terstruktur, forwarder mengkonsolidasikan muatan dari berbagai pelanggan ke dalam kontainer, lalu mengatur pemesanan ruang muat kapal melalui sistem digital. Hal ini membantu penggunaan kapasitas kapal menjadi lebih efektif dan mendukung kelancaran jadwal pengiriman. Transformasi digital juga mengubah cara forwarder menjalankan operasinya. Dengan hadirnya platform seperti MySPIL Reloaded, forwarder kini dapat: Melakukan booking kontainer dan layanan pengiriman secara daring Mengakses jadwal kapal dan status keberangkatan Memantau pergerakan kontainer selama perjalanan Mengelola dokumen pengiriman secara elektronik Akses informasi ini memungkinkan forwarder merencanakan alur pengiriman lebih rapi, meminimalkan kesalahan, dan merespons perubahan dengan lebih cepat ketika terjadi penyesuaian jadwal atau kondisi di pelabuhan. Di sisi pelanggan, kehadiran forwarder memberikan kemudahan dalam hal koordinasi. Alih-alih berhubungan dengan banyak pihak terpisah, pelanggan cukup berkomunikasi dengan satu pintu yang memahami kebutuhan mereka dan mengelola detail teknis di belakang layar. Forwarder menerjemahkan permintaan bisnis menjadi alur operasional yang siap dijalankan di lapangan. Namun, peran ini juga membawa tanggung jawab besar. Forwarder harus memahami regulasi pengiriman, standar pengemasan, ketentuan barang berbahaya (jika ada), serta persyaratan dokumen dari masing-masing pelabuhan. Keterlambatan melengkapi dokumen atau kesalahan informasi dapat berdampak langsung pada tertahannya kontainer di pelabuhan. Oleh karena itu, peningkatan kompetensi SDM di perusahaan forwarder menjadi agenda penting. Banyak forwarder mulai memperkuat pemahaman timnya terhadap sistem pelayaran digital, prosedur pelabuhan, serta pengelolaan dokumen elektronik. Kolaborasi dengan perusahaan pelayaran dan pemanfaatan materi pengembangan dari ekosistem pembelajaran seperti SPIL University menjadi bagian dari upaya tersebut. Kolaborasi yang baik antara forwarder dan perusahaan pelayaran juga membantu mengurangi potensi kepadatan di pelabuhan. Dengan perencanaan keberangkatan kontainer yang lebih terjadwal, proses gate-in dan penempatan di container yard dapat berlangsung lebih tertib. Di saat yang sama, pelabuhan mendapat manfaat berupa alur pergerakan barang yang lebih teratur dan mudah diprediksi. Ke depan, peran freight forwarder diperkirakan akan semakin strategis dalam membantu pelaku usaha beradaptasi dengan ekosistem logistik yang kian terdigitalisasi. Bukan hanya sebagai pengatur pengiriman, forwarder akan semakin berperan sebagai konsultan logistik yang memberikan rekomendasi rute, skema biaya, hingga strategi pengiriman yang paling sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Dengan kombinasi pemahaman lapangan, kemampuan koordinasi, dan pemanfaatan platform digital seperti MySPIL Reloaded, freight forwarder menjadi salah satu pilar penting yang memastikan pengiriman laut di Indonesia berjalan lebih tertib, efisien, dan mudah diakses oleh berbagai segmen pelaku usaha.

03 December 2025

Pemulihan Waktu Bongkar Muat di Pelabuhan Utama Dorong Peningkatan Efisiensi Rantai Pasok 2025

Industri pelayaran dan logistik nasional mencatat perbaikan signifikan pada waktu bongkar muat (turnaround time) di sejumlah pelabuhan utama pada 2025. Perbaikan ini menjadi faktor penting dalam memperlancar arus peti kemas, mempercepat pergerakan kapal, dan mendukung efisiensi rantai pasok antarpulau yang semakin kompleks. Turnaround time adalah indikator utama untuk mengukur seberapa cepat kapal dapat menyelesaikan seluruh proses bongkar muat sebelum melanjutkan perjalanan ke pelabuhan berikutnya. Semakin cepat proses berjalan, semakin efisien pula penggunaan armada, kapasitas yard, dan tenaga operasional. Peningkatan ini didorong oleh sejumlah langkah strategis pelabuhan dan operator pelayaran, di antaranya: 1. Modernisasi Alat Bongkar Muat Pelabuhan besar seperti Surabaya, Makassar, dan Belawan mulai mengoperasikan crane berkapasitas lebih tinggi, automated spreader, dan reach stacker modern yang mampu mempercepat penanganan kontainer. Modernisasi alat ini mengurangi ketergantungan pada proses manual dan menekan risiko human error. 2. Penataan Container Yard yang Lebih Terstruktur Pengaturan slot kontainer berdasarkan jadwal kapal, jenis muatan, dan destinasi membuat pergerakan kontainer ke dermaga lebih cepat. Pelabuhan juga mulai menerapkan algoritma yard planning berbasis data untuk memperkirakan distribusi beban harian. 3. Penguatan Sistem Digital Pelabuhan Sistem Terminal Operating System (TOS) kini mengatur alur kontainer dari gate-in hingga loading secara terintegrasi. Dengan dashboard real-time, operator dapat memprioritaskan kontainer yang harus segera dinaikkan ke kapal sehingga mengurangi waktu tunggu crane. 4. Integrasi Data dengan Perusahaan Pelayaran Perusahaan pelayaran seperti PT Salam Pacific Indonesia Lines (SPIL) terhubung langsung dengan sistem pelabuhan untuk sinkronisasi jadwal kapal dan kesiapan muatan. Kolaborasi ini membantu memastikan bahwa kontainer yang dibutuhkan sudah berada di posisi tepat ketika crane mulai beroperasi. 5. Peningkatan Koordinasi Lintas Divisi Koordinasi antara operator crane, planner pelabuhan, foreman, hingga tim gate-out dilakukan secara cepat melalui aplikasi internal dan komunikasi radio. Dengan koordinasi yang lebih responsif, potensi hambatan dapat diatasi sebelum mengganggu seluruh proses operasi. Peningkatan waktu bongkar muat ini berdampak langsung pada schedule reliability kapal. Kapal dapat mengurangi waktu sandar dan menjaga ritme pelayaran sesuai jadwal. Hal ini sangat membantu pelaku industri yang membutuhkan kepastian waktu, seperti sektor FMCG, bahan bangunan, elektronik, hingga distribusi kebutuhan pokok. Dari sisi pelanggan, perbaikan turnaround time membuat proses pengiriman lebih stabil. Informasi jadwal kapal dan estimasi waktu tiba yang diperbarui secara berkala melalui MySPIL Reloaded membantu distributor, importir, dan pelaku usaha menyesuaikan rencana distribusi darat dan pengadaan barang lebih tepat waktu. Meski peningkatan cukup signifikan, beberapa pelabuhan daerah masih membutuhkan penguatan fasilitas seperti perluasan container yard, peningkatan daya listrik untuk reefer, serta penambahan alat bongkar muat. Tantangan lain terkait kondisi cuaca ekstrem dan fluktuasi volume musiman juga masih menjadi faktor yang harus diantisipasi. Namun secara keseluruhan, pemulihan waktu bongkar muat di pelabuhan utama menjadi sinyal positif bagi industri logistik nasional. Dengan modernisasi peralatan, digitalisasi operasional, dan kolaborasi erat antara pelabuhan dan pelayaran, Indonesia berada pada jalur yang tepat untuk membangun rantai pasok yang lebih efisien dan kompetitif di 2025.

03 December 2025

Pengembangan SDM Logistik Jadi Agenda Utama di Tengah Percepatan Digitalisasi Industri Pelayaran

Percepatan digitalisasi di industri pelayaran dan logistik pada 2025 tidak hanya menuntut modernisasi sistem dan infrastruktur, tetapi juga mendorong perlunya pengembangan sumber daya manusia (SDM) secara serius. Transformasi operasional berbasis data, sistem digital, dan otomasi pelabuhan membuat kebutuhan akan talenta yang adaptif, melek teknologi, dan memahami proses logistik secara menyeluruh menjadi semakin mendesak. Perusahaan pelayaran nasional kini menempatkan pengembangan SDM sebagai salah satu pilar utama strategi jangka panjang. PT Salam Pacific Indonesia Lines (SPIL), melalui berbagai program pelatihan internal dan ekosistem pembelajaran seperti SPIL University, berupaya membekali karyawan dengan keterampilan yang relevan dengan tuntutan industri logistik modern. Perubahan lanskap kerja sangat terasa di berbagai fungsi, mulai dari operasional pelabuhan, perencanaan kapal, hingga layanan pelanggan. Pekerja yang sebelumnya terbiasa dengan proses manual kini perlu menguasai: Pengoperasian sistem digital seperti MySPIL Reloaded Pemahaman dashboard dan pelacakan kontainer real-time Penggunaan aplikasi Terminal Operating System (TOS) di pelabuhan Analisis data sederhana untuk mendukung pengambilan keputusan Program pelatihan yang dijalankan perusahaan pelayaran umumnya mencakup dua aspek utama: upskilling (peningkatan kemampuan yang sudah relevan) dan reskilling (pengalihan kemampuan ke bidang baru yang dibutuhkan). Misalnya, staf yang sebelumnya fokus pada input manual dokumen pengiriman kini dilatih untuk mengelola e-document, memverifikasi data di sistem, dan memberikan dukungan kepada pelanggan yang menggunakan platform digital. Di sisi lain, kebutuhan akan talenta baru dari kalangan mahasiswa dan fresh graduate juga meningkat. Industri pelayaran menawarkan berbagai jalur karier di bidang operasional, supply chain planning, digital operation, hingga customer success. Melalui inisiatif seperti magang terstruktur, port visit, dan kelas industri, SPIL dan pelaku logistik lain memperkenalkan gambaran nyata dunia kerja logistik sejak dini. Pengembangan SDM tidak hanya menyasar kemampuan teknis, tetapi juga soft skills yang krusial dalam industri dengan ritme cepat. Kemampuan komunikasi lintas divisi, problem solving, manajemen waktu, dan ketahanan mental menjadi kompetensi yang sangat dibutuhkan, terutama ketika menghadapi perubahan jadwal kapal, kepadatan pelabuhan, atau permintaan mendadak dari pelanggan. Secara makro, penguatan SDM logistik berkontribusi langsung terhadap peningkatan daya saing logistik nasional. Di tengah persaingan regional, negara yang memiliki infrastruktur bagus namun SDM kurang siap akan tetap tertinggal. Sebaliknya, kombinasi teknologi modern dengan tenaga kerja yang terampil dan adaptif akan mempercepat tercapainya efisiensi biaya, peningkatan kualitas layanan, dan stabilitas rantai pasok. Meski agenda pengembangan SDM semakin menguat, tantangan tetap ada. Tidak semua pekerja nyaman dengan perubahan cepat ke arah digital, dan sebagian membutuhkan waktu lebih panjang untuk beradaptasi. Komitmen manajemen, desain pelatihan yang praktis, serta pendampingan berkelanjutan menjadi faktor penting agar proses transisi berjalan mulus. Dengan semakin terintegrasinya sistem pelayaran, pelabuhan, dan pelanggan melalui platform digital seperti MySPIL Reloaded, kebutuhan akan SDM logistik yang siap menghadapi era baru ini akan terus meningkat. Industri pelayaran nasional kini berada pada fase di mana investasi pada manusia menjadi sama pentingnya dengan investasi pada kapal dan infrastruktur—menjadikannya fondasi utama untuk mewujudkan logistik Indonesia yang lebih modern, efisien, dan berkelanjutan.

03 December 2025

Tekanan Volume Pengiriman Meningkat, Industri Logistik Perkuat Sistem Manajemen Kontainer Nasional

Volume pengiriman kontainer di Indonesia menunjukkan peningkatan signifikan pada 2025. Lonjakan permintaan distribusi barang, ekspansi sektor ritel, serta pertumbuhan UMKM membuat kebutuhan manajemen kontainer menjadi semakin kompleks dan membutuhkan sistem yang lebih terintegrasi. Industri logistik kini memperkuat container management system untuk memastikan ketersediaan, pergerakan, dan pemeliharaan kontainer berjalan optimal. Kontainer merupakan aset penting dalam rantai pasok. Jika jumlahnya tidak terkelola dengan baik, pelabuhan dapat mengalami kelebihan atau kekurangan kontainer, yang berdampak langsung pada keterlambatan pengiriman dan meningkatnya biaya logistik. Oleh karena itu, perusahaan pelayaran dan operator pelabuhan meningkatkan koordinasi untuk menjaga keseimbangan supply–demand kontainer. PT Salam Pacific Indonesia Lines (SPIL), salah satu operator pelayaran domestik terbesar, mengoptimalkan distribusi kontainer melalui analisis permintaan rute, monitoring posisi kontainer secara real-time, dan integrasi sistem digital. Dengan jaringan pelayaran yang luas dan frekuensi tinggi, SPIL memastikan kontainer yang berada di pelabuhan-pelabuhan besar maupun pelabuhan daerah dapat terus berputar efektif sesuai kebutuhan. Salah satu tantangan utama dalam manajemen kontainer adalah ketidakseimbangan arus muatan (container imbalance). Di beberapa wilayah, kontainer lebih banyak masuk daripada keluar, atau sebaliknya. Jika dibiarkan, kontainer dapat menumpuk di pelabuhan tertentu sementara pelabuhan lain mengalami kekurangan. Dengan data historis dan perencanaan berbasis prediksi, perusahaan pelayaran kini lebih mudah menentukan kapan kontainer harus dipindahkan kosong (empty repositioning). Digitalisasi menjadi fondasi penting dalam manajemen kontainer nasional. Melalui platform MySPIL Reloaded, pelanggan dapat melihat ketersediaan kontainer, melakukan booking online, dan memantau pergerakan kontainer dari awal hingga tiba di tujuan. Transparansi ini membantu pelanggan merencanakan pengiriman lebih akurat dan mengurangi risiko overbooking atau keterlambatan dokumen. Di sisi pelabuhan, sistem Terminal Operating System (TOS) membantu memetakan posisi kontainer yang masuk dan keluar dari yard. Integrasi antara TOS dan sistem pelayaran memungkinkan arus kontainer lebih terkontrol. Data gate-in/gate-out, waktu penumpukan, hingga lokasi kontainer di yard menjadi informasi penting dalam mempercepat proses bongkar muat. Penguatan sistem manajemen kontainer juga mencakup aspek pemeliharaan. Kontainer harus diperiksa secara berkala untuk memastikan kondisi strukturalnya aman untuk digunakan kembali. Dengan inspeksi digital, foto, dan catatan kondisi kontainer yang tersimpan dalam sistem, perusahaan pelayaran dapat memutuskan dengan cepat apakah kontainer perlu diperbaiki, diganti, atau dikeluarkan dari operasional. Namun, tantangan masih ada di beberapa pelabuhan kecil yang terbatas dalam ruang penyimpanan dan alat bongkar muat. Dibutuhkan peningkatan fasilitas dan perencanaan lebih matang agar kontainer dapat keluar masuk secara teratur tanpa menyebabkan kepadatan. Selain itu, faktor cuaca dan gelombang tinggi di beberapa rute juga memengaruhi rotasi kontainer, terutama di jalur Indonesia Timur. Dengan penguatan sistem manajemen kontainer, industri logistik Indonesia semakin siap menghadapi pertumbuhan permintaan distribusi barang antarpulau. Kombinasi antara analisis berbasis data, digitalisasi melalui MySPIL Reloaded, dan kolaborasi antar pelaku logistik menjadi kunci untuk menjaga kelancaran arus kontainer dan meningkatkan efisiensi rantai pasok nasional.

03 December 2025

Pemanfaatan Data Cuaca dan Ocean Forecasting Tingkatkan Keamanan dan Efisiensi Pelayaran 2025

Ketergantungan industri pelayaran terhadap kondisi cuaca membuat ocean forecasting dan sistem pemantauan cuaca berbasis data menjadi elemen penting dalam operasional 2025. Perusahaan pelayaran nasional kini semakin memanfaatkan teknologi prediksi cuaca laut untuk meningkatkan keamanan perjalanan kapal serta menjaga ketepatan jadwal pelayaran di tengah cuaca ekstrem yang makin sering terjadi. Indonesia memiliki karakteristik oseanografi yang dinamis—gelombang tinggi, arus kuat, angin kencang, hingga pergeseran musim dapat memengaruhi perjalanan kapal. Tanpa informasi cuaca yang akurat, risiko keterlambatan, kerusakan muatan, hingga kecelakaan dapat meningkat signifikan. Karena itu, integrasi data cuaca menjadi kebutuhan mendesak bagi operator pelayaran. PT Salam Pacific Indonesia Lines (SPIL), turut mengadopsi pemantauan cuaca modern untuk mendukung perencanaan rute armada. Data ini digunakan untuk menentukan kecepatan optimum kapal, menyesuaikan jadwal keberangkatan, serta memilih jalur yang lebih aman ketika kondisi laut menunjukkan potensi bahaya. Teknologi ocean forecasting menyediakan berbagai parameter penting seperti: Tinggi dan periode gelombang Kecepatan dan arah angin Arus laut Curah hujan Potensi badai atau siklon tropis Kondisi visibilitas Data ini dianalisis oleh tim operasional dan nakhoda kapal untuk mengatur strategi navigasi yang aman sekaligus efisien. Dengan pendekatan berbasis data, kapal dapat menghindari rute berisiko serta memperkirakan waktu tempuh lebih akurat. Selain memastikan keamanan, pemanfaatan data cuaca juga memperkuat schedule reliability. Di masa lalu, perubahan cuaca sering menyebabkan kapal terlambat sandar atau bahkan menunggu di perairan hingga kondisi membaik. Namun kini, dengan prediksi cuaca yang lebih presisi, perusahaan dapat menyesuaikan jadwal dan menginformasikan perubahan secara lebih cepat kepada pelanggan. Integrasi data cuaca juga terlihat dalam platform digital seperti MySPIL Reloaded, yang digunakan pelanggan untuk memantau pengiriman. Estimasi waktu tiba (ETA) kini dapat diperbarui berdasarkan kondisi laut terkini, sehingga pelanggan memiliki informasi lebih akurat untuk merencanakan distribusi darat atau perencanaan stok. Di industri global, pemanfaatan data cuaca juga digunakan untuk efisiensi bahan bakar. Kapal dapat memilih rute dengan hambatan gelombang lebih rendah, sehingga konsumsi bahan bakar lebih hemat. Tren ini mulai diadopsi di Indonesia, terutama untuk jalur pelayaran panjang yang menghubungkan pelabuhan besar di barat dan timur Nusantara. Meski teknologi sudah semakin canggih, tantangan tetap ada. Beberapa wilayah perairan Indonesia masih memiliki jangkauan sensor terbatas dan membutuhkan peningkatan perangkat pemantau cuaca laut. Selain itu, peningkatan kompetensi SDM dalam membaca dan memanfaatkan data cuaca menjadi prioritas penting untuk memastikan transformasi ini berjalan optimal. Dengan kesiapan teknologi dan peningkatan integrasi data, 2025 menjadi titik penting bagi industri pelayaran Indonesia dalam memanfaatkan ocean forecasting. Kombinasi antara keamanan, efisiensi, dan ketepatan jadwal menjadikan penggunaan data cuaca sebagai fondasi strategi operasional yang lebih modern dan berkelanjutan.

03 December 2025

Optimasi Container Yard di Pelabuhan Jadi Kunci Kurangi Kepadatan dan Waktu Tunggu Kapal

Pengelolaan container yard (CY) di pelabuhan menjadi salah satu fokus utama peningkatan efisiensi logistik pada 2025. Lonjakan arus peti kemas di pelabuhan-pelabuhan utama membuat operator pelabuhan dan perusahaan pelayaran memperkuat tata kelola area penumpukan kontainer untuk mengurangi kepadatan, mempercepat proses bongkar muat, dan menekan waktu tunggu kapal. Container yard adalah area strategis di pelabuhan yang berfungsi sebagai lokasi penumpukan kontainer sebelum dimuat ke kapal atau setelah dibongkar dari kapal. Jika pengelolaannya tidak optimal, kontainer dapat menumpuk secara tidak teratur, menyulitkan proses pencarian, memperlambat arus keluar-masuk truk, dan pada akhirnya mengganggu jadwal pelayaran. Sejumlah pelabuhan di Indonesia mulai menerapkan pola penataan kontainer yang lebih sistematis berdasarkan kategori tertentu, seperti jenis muatan (dry, reefer, DG), tujuan, status (empty/full), hingga waktu keberangkatan kapal. Dengan pola ini, pergerakan kontainer dari yard ke dermaga dapat dilakukan lebih efisien karena posisi kontainer lebih mudah diprediksi dan dijangkau alat bongkar muat. Bagi perusahaan pelayaran seperti PT Salam Pacific Indonesia Lines (SPIL), optimasi container yard sangat berpengaruh terhadap kelancaran operasional. Struktur penumpukan yang rapi mempercepat proses loading dan unloading, sehingga kapal dapat memperpendek waktu sandar dan segera melanjutkan perjalanan ke pelabuhan berikutnya. Hal ini mendukung upaya menjaga schedule reliability di jaringan pelayaran domestik. Digitalisasi pengelolaan CY juga mulai diadopsi lebih luas. Sistem Terminal Operating System (TOS) digunakan untuk memetakan posisi kontainer, mengatur slot penumpukan, dan mengatur pergerakan alat berat seperti RTG (Rubber Tyred Gantry) dan reach stacker. Dengan TOS, operator pelabuhan dapat mengetahui dengan cepat di mana sebuah kontainer berada dan kapan kontainer tersebut harus dipindahkan atau dimuat ke kapal. Integrasi data antara TOS di pelabuhan dan platform pelayaran seperti MySPIL Reloaded membantu menciptakan alur informasi yang lebih mulus. Pelanggan dan tim operasional pelayaran dapat melihat status kontainer, mulai dari gate-in, posisi di yard, hingga kesiapan untuk dimuat ke kapal. Transparansi ini membantu mengurangi miskomunikasi dan mempercepat pengambilan keputusan ketika terjadi perubahan rencana. Optimalisasi container yard juga berdampak langsung pada kelancaran arus truk di sekitar pelabuhan. Ketika penempatan kontainer lebih terarah dan proses pengeluaran kontainer (gate-out) lebih cepat, antrean truk di luar pelabuhan dapat dikurangi. Hal ini tidak hanya menguntungkan pelabuhan, tetapi juga perusahaan angkutan darat dan pelanggan yang menunggu kedatangan barang. Meski demikian, beberapa tantangan masih dihadapi. Keterbatasan lahan di pelabuhan padat, kebutuhan investasi alat baru, serta peningkatan kemampuan SDM dalam mengoperasikan sistem digital menjadi isu yang perlu dijawab. Di beberapa pelabuhan daerah, transformasi ini masih berjalan bertahap dan membutuhkan dukungan regulasi serta pendanaan berkelanjutan. Dengan arah kebijakan yang mendorong efisiensi logistik nasional, optimasi container yard menjadi salah satu komponen penting dalam meningkatkan daya saing pelabuhan Indonesia. Pengelolaan CY yang modern, terstruktur, dan didukung sistem digital akan membantu mempercepat pergerakan kontainer, mengurangi waktu tunggu kapal, dan pada akhirnya memperkuat kelancaran distribusi antarpulau yang menjadi tulang punggung ekonomi nasional.

03 December 2025

Standar Keselamatan Kerja di Kapal dan Pelabuhan Diperketat, Industri Pelayaran Fokus pada Zero Accident

Keselamatan kerja di lingkungan pelayaran dan pelabuhan menjadi salah satu fokus utama industri logistik nasional pada 2025. Tingginya aktivitas bongkar muat, pergerakan alat berat, serta operasi kapal di area dengan risiko tinggi membuat perusahaan pelayaran dan operator pelabuhan memperketat standar keselamatan dengan target jangka panjang menuju zero accident. Di pelabuhan, aktivitas operasional melibatkan berbagai unsur berisiko: crane, forklift, truk kontainer, hingga pergerakan manusia di area yang sama. Tanpa standar keselamatan yang jelas dan disiplin, potensi kecelakaan kerja sangat besar. Hal ini mendorong implementasi prosedur keselamatan yang lebih ketat dan terukur di seluruh titik operasi. Perusahaan pelayaran nasional seperti PT Salam Pacific Indonesia Lines (SPIL) meningkatkan perhatian pada Health, Safety, Security, and Environment (HSSE), baik di atas kapal maupun di area pelabuhan. Standar operasional disusun agar seluruh aktivitas—mulai dari penanganan kontainer, pengikatan muatan (lashing), hingga keluar-masuk kapal—mengikuti prosedur yang aman. Sejumlah langkah penguatan keselamatan kerja yang kini menjadi fokus industri antara lain: 1. Penerapan SOP yang Lebih Detail di Lapangan Prosedur kerja standar (SOP) kini tidak hanya tertulis di dokumen, tetapi di-breakdown menjadi langkah-langkah operasional yang mudah dipahami dan dijalankan oleh pekerja lapangan. Setiap aktivitas seperti pengoperasian crane, pergerakan truk di yard, hingga mooring kapal memiliki panduan jelas yang wajib dipatuhi. 2. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Secara Konsisten Penggunaan helm, rompi reflektif, sepatu safety, sarung tangan, dan perlengkapan lain diawasi lebih ketat. Pengawasan ini bukan hanya untuk pemenuhan regulasi, tetapi untuk memastikan pekerja terlindungi dari risiko jatuh, tertimpa benda, atau terpeleset di area kerja. 3. Peningkatan Pelatihan dan Simulasi Pekerja pelabuhan dan awak kapal mengikuti pelatihan berkala mengenai bahaya di lingkungan kerja, prosedur keadaan darurat, dan penanganan insiden. Simulasi evakuasi, kebakaran, tumpahan bahan berbahaya, hingga kondisi cuaca buruk dilakukan secara terjadwal. Program pengembangan internal seperti SPIL University juga berperan dalam penguatan pemahaman keselamatan bagi SDM. 4. Pengawasan Area Kerja Berbasis Teknologi Beberapa area pelabuhan mulai memanfaatkan CCTV dan sistem monitoring untuk mengawasi pergerakan alat dan pekerja. Data ini membantu manajemen menganalisis pola risiko dan mengambil tindakan korektif, misalnya mengatur ulang jalur pergerakan truk atau menambah rambu peringatan di area kritis. 5. Budaya Laporkan Insiden (Safety Reporting Culture) Industri pelayaran mendorong budaya di mana setiap insiden, bahkan yang sifatnya near miss, dilaporkan dan dianalisis. Pendekatan ini membantu perusahaan mempelajari potensi bahaya sejak dini dan mencegah kejadian serupa terulang di masa depan. Penguatan keselamatan juga berdampak langsung pada keandalan layanan logistik. Operasional yang aman mengurangi risiko gangguan jadwal, kerusakan barang, dan downtime alat. Pada akhirnya, hal ini mendukung kelancaran jalur pelayaran, terutama di rute-rute padat yang menjadi tulang punggung distribusi nasional. Meski progresnya positif, tantangan tetap hadir. Masih dibutuhkan konsistensi kedisiplinan di lapangan, peningkatan kesadaran individu, serta investasi berkelanjutan pada peralatan dan pelatihan keselamatan. Namun dengan komitmen bersama antara perusahaan pelayaran, operator pelabuhan, dan regulator, standar keselamatan kerja di sektor maritim Indonesia diharapkan terus meningkat.