02 December 2025
Tren pengiriman Less than Container Load (LCL) atau konsolidasi muatan mengalami peningkatan signifikan pada 2025. Lonjakan ini dipicu pertumbuhan UMKM, kebutuhan pengiriman dalam jumlah kecil hingga menengah, serta meningkatnya kegiatan perdagangan antarpulau. Dalam ekosistem ini, freight forwarder memegang peran utama dalam memastikan proses konsolidasi berjalan efisien dan terintegrasi dengan perusahaan pelayaran.
Layanan LCL menjadi solusi bagi bisnis yang tidak memiliki muatan penuh satu kontainer. Forwarder mengumpulkan berbagai barang dari beberapa pelanggan, kemudian menggabungkannya dalam satu kontainer untuk dikirim menggunakan kapal. Dengan cara ini, biaya logistik menjadi lebih hemat, waktu pengiriman lebih cepat, dan kapasitas kapal dapat dimaksimalkan.
PT Salam Pacific Indonesia Lines (SPIL), sebagai salah satu perusahaan pelayaran terbesar di Indonesia, mencatat peningkatan permintaan ruang muat untuk LCL. Forwarder menjadi mitra kunci SPIL dalam memastikan konsolidasi barang berlangsung tepat waktu dan sesuai standar pengemasan. Integrasi operasional forwarder–pelayaran ini mendukung Connecting Island, memperluas akses distribusi barang ke berbagai wilayah di Indonesia.
Digitalisasi memainkan peran sangat penting dalam peningkatan layanan LCL di tahun 2025. Forwarder kini mengandalkan platform seperti MySPIL Reloaded untuk:
-
Melakukan booking kontainer LCL dengan cepat
-
Melihat ketersediaan jadwal kapal
-
Memantau status muatan secara real-time
-
Mengatur dokumen dan konsolidasi barang lebih rapi
Dengan informasi yang lebih terhubung, forwarder dapat merencanakan proses stuffing, jadwal pengiriman ke pelabuhan, dan distribusi ulang di kota tujuan secara lebih presisi.
Selain efisiensi biaya, layanan LCL memberikan keunggulan lain yaitu mempercepat lead time pengiriman untuk produk skala kecil. UMKM dapat mengirim barang lebih rutin tanpa harus menunggu muatan penuh. Hal ini sangat penting bagi bisnis yang mengandalkan siklus permintaan cepat seperti fashion, elektronik kecil, herbal, dan produk segar bernilai tinggi.
Namun, peningkatan volume LCL juga menghadirkan tantangan baru. Proses konsolidasi membutuhkan standar pengemasan yang ketat agar barang dari berbagai pengirim tidak saling merusak selama perjalanan. Forwarder juga harus memastikan dokumen setiap pelanggan lengkap, sehingga tidak menghambat proses bongkar muat kontainer.
Di pelabuhan, lonjakan permintaan LCL memerlukan koordinasi lebih intensif antara forwarder dan tim operasional pelayaran. Slot kontainer, jadwal stuffing, serta kesiapan gudang konsolidasi harus dikelola dengan ketepatan waktu yang tinggi. Untuk itu, banyak forwarder mulai berinvestasi dalam sistem informasi internal, serta meningkatkan kualitas SDM untuk mempercepat penanganan LCL.
Secara keseluruhan, pertumbuhan LCL membuktikan bahwa freight forwarder bukan hanya “perantara”, tetapi aktor penting yang menggerakkan efisiensi logistik nasional. Dengan dukungan teknologi seperti MySPIL Reloaded, serta jaringan pelayaran yang luas, forwarder mampu mempercepat aktivitas perdagangan ke berbagai pulau di Indonesia. Tren ini diprediksi terus meningkat sepanjang 2025, seiring tumbuhnya industri UMKM dan ekspansi pasar baru di wilayah Indonesia Timur.
Tags














