02 December 2025
Digitalisasi di sektor pelayaran dan logistik tidak hanya terjadi pada sisi operasional dan pelacakan kontainer, tetapi juga merambah ke area yang sangat krusial: dokumen pengiriman. Pada 2025, semakin banyak pelaku industri yang beralih dari dokumen kertas ke dokumen elektronik (e-document) untuk mendukung efisiensi, keamanan, dan kecepatan proses pengiriman barang melalui jalur laut.
Dalam satu pengiriman laut, terdapat berbagai jenis dokumen yang harus diproses, mulai dari booking confirmation, packing list, invoice, hingga dokumen penting seperti delivery order dan bill of lading. Jika seluruhnya dikelola secara manual, risiko kesalahan input, keterlambatan pengiriman dokumen, atau bahkan hilangnya berkas fisik cukup tinggi. Inilah yang mendorong percepatan adopsi dokumen elektronik di industri.
Perusahaan pelayaran seperti PT Salam Pacific Indonesia Lines (SPIL) mendorong penggunaan e-document melalui platform digital MySPIL Reloaded. Melalui satu portal, pelanggan dapat mengunggah dokumen pendukung, memantau status verifikasi, serta mengakses salinan dokumen yang sudah disetujui tanpa harus berpindah-pindah kanal komunikasi. Proses yang sebelumnya membutuhkan koordinasi manual kini dapat diselesaikan dalam alur digital yang lebih singkat.
Penggunaan e-document memberikan beberapa manfaat utama bagi pelanggan dan pelaku logistik, antara lain:
-
Penghematan waktu proses administrasi, karena verifikasi bisa dilakukan paralel oleh beberapa pihak.
-
Mengurangi risiko dokumen hilang atau rusak, karena semua disimpan dalam sistem yang terarsip dengan baik.
-
Mempercepat proses release barang, terutama di pelabuhan yang sudah mendukung sistem digital terintegrasi.
Bagi perusahaan pelayaran dan forwarder, penggunaan dokumen elektronik juga mempermudah rekonsiliasi data. Semua riwayat dokumen tercatat dalam sistem, sehingga ketika diperlukan audit atau penelusuran kasus tertentu, data dapat diakses kembali dengan cepat dan lengkap.
Digitalisasi dokumen juga sejalan dengan upaya pelabuhan untuk mengurangi antrean dan kontak fisik dalam proses administrasi. Beberapa pelabuhan mulai mengimplementasikan sistem penerimaan dokumen elektronik yang terhubung dengan sistem pelayaran, sehingga data yang dikirim melalui platform seperti MySPIL Reloaded dapat langsung menjadi referensi di pelabuhan tanpa harus dicetak ulang.
Meski demikian, adopsi e-document masih menghadapi sejumlah tantangan. Tidak semua pelaku usaha terbiasa dengan prosedur digital, terutama pelaku usaha skala kecil yang sebelumnya bergantung penuh pada dokumen fisik. Oleh karena itu, edukasi dan pendampingan menjadi langkah penting agar transisi dari sistem manual ke digital berjalan lancar.
Isu keamanan data juga menjadi perhatian utama. Untuk itu, perusahaan pelayaran memperkuat sistem dengan enkripsi, manajemen akses berbasis peran, serta pemantauan aktivitas mencurigakan. Dengan pengamanan berlapis, dokumen elektronik tetap terjaga kerahasiaannya meski diakses secara daring.
Secara keseluruhan, percepatan penggunaan dokumen elektronik di pengiriman laut menandai langkah penting dalam transformasi logistik Indonesia. Dengan administrasi yang lebih cepat, transparan, dan aman, proses pengiriman menjadi lebih efisien dari hulu ke hilir. Didukung platform digital seperti MySPIL Reloaded dan peningkatan kesiapan pelabuhan, industri pelayaran nasional semakin siap bersaing di era logistik modern yang serba terhubung.
Tags














